Merinding, begitulah kesan ketika mendengarkan Amir membaca Al Quran braile. Bocah tuna netra itu membaca dengan lantunan nada yang indah, hingga membuat hadirin terkesima.
Bersama puluhan penyandang disabilitas lainnya, Amir menunjukkan kebolehannya membaca Al Quran braile. Amir berkumpul dengan penyandang disabilitas lainnya di Pendopo Ronggo Hadinegoro Pemkab Blitar.
Acara bertajuk Blitar Berbagi Senyum ini bertujuan memberikan sepenggal kebahagiaan bagi kaum yang selama ini termarginalkan. Kebahagiaan itu berupa latihan ketrampilan dan memberikan sarana pendukung bagi mereka.
Hari ini, mereka mendapat bantuan kursi roda, brace dan Al Quran braile dari berbagai kalangan. Bentuk kepedulian ini, rupanya menarik perhatian putri Wapres Ma'aruf Amin yang ketiga, yakni DR Siti Nur Azizah Ma'ruf untuk datang ke Blitar. Dalam sambutannya, Azizah menyampaikan pesan wapres tentang ajaran cinta kasih yang bisa menyelesaikan semua persoalan bangsa.
"Dengan cinta semua persoalan bangsa bisa diselesaikan dengan indah. Ayah saya Wapres Ma'aruf Amin berpesan, agar kita menjaga rasa cinta kepada sesama manusia. Terutama kepada saudara-saudara kita kaum difabel ini. Karena dengan cinta, akan menyemangati dan memberikan kesempatan lebih luas agar mereka bisa mengenali potensi dirinya, bisa beradaptasi, berkoalisi dan berkolaborasi sehingga menciptakan SDM yang tangguh," kata Azizah kepada wartawan, Sabtu (15/2/2020).
Simak Video "Cerita Sandi Ironi, Difabel Perajin Barongsai"
Sebelum hadir di pendopo, Azizah juga menyempatkan melihat langsung kaum difabel yang memproduksi batik ciprat. Mereka bernaung di bawah Yayasan Kinasih yang beranggotakan 54 orang.
Yayasan yang berdiri sejak tahun 2016 ini, mampu menciptakan produktifitas tinggi bagi kaum difabel yang didominasi penyandang tuna grahita. Ketua Yayasan Kinasih, Edi Cahyono menilai merupakan tanggung jawab kita bersama menjadikan mereka yang dianggap tidak mampu apa-apa, bisa memperoleh penghasilan dan mandiri secara ekonomi.
"Kami bergerak di kewirausahaan inklusif. Mereka yang selama ini termarginalkan, kami beri keterampilan yang ada muatan ekonominya. Sehingga bisa mendapat lahan penghasilan untuk mereka sendiri dan keluarganya," tutur Edi kepada detikcom.
Hari ini, senyum mereka cerah mengembang. Mereka yang telah terpasang kaki palsunya seakan ingin berjalan mengelilingi dunia. Mereka yang mampu mendapat penghasilan, seperti terbebas dari beban berat keluarga.
"Terima kasih atas semua bentuk kepedulian kepada kami. Kami tak akan mampu membalasnya. Kami sangat bahagia," pungkas Eka Wulandari.