Limbah Rumah Potong Hewan (RPH) di Situbondo bisa mendatangkan pundi-pundi Rupiah. Limbah dari kotoran dan isi rumen sapi yang dipotong diolah jadi bahan bermanfaat lalu dipasarkan.
Tak hanya menjadi biogas, limbah RPH di Desa Sumberkolak Kecamatan Panarukan itu juga diubah menjadi pupuk organik. Atau kompos sebagai penyedia unsur hara tanaman.
Maka tak berlebihan jika Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Situbondo kini bisa tersenyum lega. Sebagai pengelola RPH, DPKH Situbondo telah menjawab keresahan warga. Bukan hanya dengan mengurangi pencemaran udara, tetapi 'menyulap' limbah RPH menjadi bahan yang bisa bermanfaat untuk warga.
"Untuk biogasnya sementara kita pakai sendiri, karena pengelolaannya belum maksimal. Kalau komposnya sudah kita jual tiap hari Minggu, tiap acara Car Free Day di alun-alun," kata drh Zaki Mubarak, seorang petugas di RPH Desa Sumberkolak, Rabu (12/2/2020).
Pengamatan detikcom di lapangan, pengelolaan limbah di RPH desa itu dilakukan dengan sejumlah tahapan. Limbah perut berupa kotoran dan isi rumen sapi yang dipotong dimasukkan dalam sumur pengadukan material.
Dengan sedikit campuran air putih, limbah itu diaduk hingga agak halus. Ketika mulai halus limbah kemudian dengan sendirinya masuk ke dalam penampungan inlet, lalu ke tandon digester.
Selama di dalam digester inilah, limbah itu akan terus menerus mengeluarkan biogas. Lumpur dari biogas ini yang kemudian keluar bertahap melalui tiga tandon outlet yang disiapkan. Pada outlet terakhir, lumpur limbah ini akan diangkat dan dijemur hingga kering dan menjadi pupuk organik.
"Tahap penjemuran ini agak lama, karena tidak boleh terkena sinar matahari langsung. Cukup diangin-anginkan saja. Makanya, prosesnya bisa sampai beberapa hari," papar drh Zaki.
Berikutnya, pupuk organik yang telah kering itu disaring melalui alat pengayak. Nah, pupuk organik hasil penyaringan inilah yang kemudian dimasukkan dalam plastik kemasan untuk dipasarkan. Harganya pun cukup murah. Untuk satu kemasan berisi 5 kg, harga jualnya hanya Rp 5 ribu.
"Tiap Minggu biasanya kita bawa 30 sampai 45 plastik, selalu habis terjual. Malah sekarang banyak petani yang datang dan beli langsung ke sini (RPH Sumberkolak, red)," ujar dokter hewan asal Surabaya itu.
Sayangnya, pengelolaan limbah di RPH Desa Sumberkolak itu baru bisa menampung untuk sekitar 4 hingga 5 ekor sapi. Padahal, setiap harinya ada sekitar 10 ekor sapi yang dipotong di RPH setempat. Praktis, tidak semua limbah perut sapi yang dipotong bisa dikelola.
"Tapi limbah yang tidak tertampung itu tidak kita buang. Melainkan kita bawa ke kebun rumput milik DPKH di Desa Trebungan untuk diolah," pungkasnya.