Diani memaparkan perbandingan nilai top up hampir Rp 200 juta yang tidak kembali, dengan nilai penjualan vendor yang hanya sebesar Rp 45 juta tidak bisa disebut rugi. Dirinya menegaskan tidak mengalami kerugian. Namun, uang yang tidak kembali itu dianggapnya merupakan bentuk risiko bisnis.
"Saya pikir saya tidak dirugikan. Karena saya pikir setiap bisnis ada risikonya. Harapan saya, dan member lainnya hanya ingin MeMiles bangkit lagi, gitu aja deh," imbuhnya.
Selain itu, Diani juga menyebut ada tiga poin ikrar member MeMiles. Pertama, aplikasi MeMiles tetap dibutuhkan dan merasa disejahterakan oleh aplikasi tersebut. Kedua, member berharap agar aplikasi MeMiles bangkit kembali untuk Indonesia. Ketiga, para member MeMiles percaya bahwa aplikasi tersebut akan bisa mengubah (nasib) masyarakat Indonesia.
"Kami menginginkan MeMiles bangkit lagi, entah mau dalam keadaan apapun, entah manajemen seperti apa, pokoknya yang penting MeMiles bangkit lagi," lanjutnya.
Sebagai pebisnis, Diani merasa telah diuntungkan MeMiles. Dia mengklaim, selama ini dirinya tidak berharap dari reward yang diberikan oleh perusahaan. Namun, dia merasa diuntungkan dengan mendapatkan slot iklan yang diklaimnya lebih murah dari pada aplikasi lain.
"Slot iklannya murah, kalau kita menjadi member aktif rewardnya bisa diberikan. Bukan hanya itu keuntungannya, tapi bisa juga dari vendor maupun UKM yang mereka tawarkan. Dan MeMiles bukan aplikasi investasi tapi aplikasi pasar," pungkasnya.
(hil/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini