Malang - Selama tahun 2019, publik dikagetkan pernyataan M Romli, Pengasuh Ponpes Miftahul Fallahil Mubtadin, Malang, yang menerangkan adanya huru-hara yang bakal datang pada Ramadan. Menurutnya, huru-hara yang dimaksud bukan terjadinya peperangan atau kekacauan di masyarakat, melainkan akan jatuhnya meteor pertanda kiamat.
"Huru-hara itu ya meteor yang jatuh di Bulan Ramadan. Jadi jemaah harus menyiapkan diri sebelumnya, karena itu menjadi 10 tanda besar terjadinya kiamat," kata M Romli di Ponpes, Dusun Pulosari, Desa Sukosari, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang, Kamis (14/3/2019).
Gabah dan beras harus disiapkan oleh jemaah saat pertanda kiamat itu benar-benar terjadi. Logistik itu memang disampaikan Romli ketika jemaah akan hadir mengikuti program ibadah triwulan yang dimulai Rajab sampai Ramadan mendatang. Jemaah pun tersihir. Khususnya jemaah dari empat kota, Ponorogo, Jombang, Jember dan Mojokerto.
Pernyataan ini bermula saat 52 warga Desa Watubonang, Kecamatan Badegan, Ponorogo diduga tersihir dengan tujuh fatwa Thoriqoh Musa menyimpang dan disebarkan salah satu santri Ponpes Miftahul Fallahil Mubtadin, Khotimun. Tujuh fatwa yang dianggap menyimpang yakni soal
isu kiamat sudah dekat, soal perang, kemarau panjang, bendera tauhid, foto anti gempa, larangan sekolah, hingga hukuman untuk orang tua.
Mengenai hal itu, langsung dibantah oleh Romli. Ia memberikan penjelasan mengenai isu kiamat yang ternyata program menyonsong jatuhnya meteor, hingga soal foto dirinya yang menurutnya tidak dijual Rp 1 juta tapi hanya Rp 200 ribu. Romli juga menjelaskan jika 52 warga Ponorogo merupakan MUSA AS atau jemaah selawat dari Thoriqoh Akmaliyah As-Sholihiyah.
"Dan MUSA AS itu ada singkatannya yaitu Mulyo Sugih Ampuh Asal Sendiko Dawuh. Kalau Thoriqohnya Akmaliyah As-Sholihiyah. Saya di sini mursyidnya (guru), mereka ingin mengikuti guru menyongsong jatuhnya meteor sebagai bagian tanda kiamat," katanya.
M Romli juga mengaku sebagai mursyid atau guru Thoriqoh Akmaliyah As-Sholihiyah. Sedangkan para jemaahnya disebut MUSA AS. Sehingga kemudian dikenal sebagai Thoriqoh Musa.
Menurut Romli, setiap jemaah membutuhkan 500 kg gabah atau 300 kg beras sebagai bekal selama satu tahun pasca meteor jatuh. Jika tidak ada meteor, maka gabah dan beras kembali dibawa pulang jemaah ke kampung halaman masing-masing.
Romli juga membantah untuk mewajibkan jemaah membeli pedang serta foto dirinya. Apalagi dengan harga yang relatif tinggi. Pengurus pondok memang menjual foto dirinya sebagai mursyid atau guru Thoriqoh Akmaliyah As-sholihiyah yang diikuti ratusan jemaah. Termasuk puluhan warga Ponorogo.
Isu tentang puluhan warga datang ke Ponpes Miftahul Fallahil Mubtadin untuk berlindung dari meteor diselidiki aparat kepolisian. Pesan berantai melalui Whatapps awalnya diduga menjadi penyulut puluhan warga termakan isu hoaks.
"Masih kita dalami terus," ungkap Kapolres Batu AKBP Budi Hermanto di Ponpes Miftahul Fallahil Mubtadin Desa Sukosari, Kasembon, Kabupaten Malang, Jumat (15/3).
Budi mengaku pihaknya tengah mengidentifikasi pelaku pengirim pesan berantai yang kemudian mengundang keresahan di masyarakat itu. Yakni dengan menghimpun keterangan para jemaah Thoriqoh Akmaliyah As- Sholihiyah atau MUSA AS dari Ponorogo.
"Masih terus diidentifikasi, kami juga menggali keterangan dari sejumlah jemaah yang ada di pondok. Langkah ini dilakukan bersama Polres Ponorogo yang juga datang langsung meminta keterangan jemaah," imbuhnya.
Ternyata, fatwa atau doktrin kiamat tidak hanya menyihir puluhan warga Ponorogo. Di beberapa kota seperti Jember, Jombang dan Mojokerto, fatwa tersebut juga diduga turut menuntun warga pergi Miftahul Falahil Mubtadin yang ada di Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang.Di Jember, total ada 15 orang dari 8 KK di di Desa Umbulsari dan Gunungsari yang berangkat ke ponpes tersebut. Menurut Kades Umbulsari, Fauzi, sebelumnya 15 warga tersebut diajak Ustaz Mudasir untuk menjadi MUSA AS atau jemaah Thoriqoh Akmaliyah As- Sholihiyah yang kini dikenal sebagai Thoriqoh Musa. Di sana, thoriqoh tersebut sudah berjalan selama 2 tahun.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini