"Ketika baru ikut (pengajian) kita tanya mereka. Tuhan ada berapa? Ada yang jawab 100, ada yang 5 dan sebagainya," ucap Riyan prihatin.
Diakuinya, pesan keagamaan selama ini belum tersampaikan dengan baik kepada warga berkebutuhan khusus. Dampaknya, pemahaman mereka terhadap ajaran Islam pun relatif minim. Tak ayal, sebagian langsung meluapkan kebahagiaan saat bergabung di antara jemaah lain.
Salat subuh usai dilaksanakan. Sebagian jemaah pulang. Namun masih ada sekelompok jemaah lain yang berkumpul di sisi kiri mimbar. Dua orang ustaz duduk di kursi menghadap mereka untuk menyampaikan tausiah.
Mereka tampak bergeming meski harus duduk selama 1 jam lebih. Sorot mata mereka tertuju ke tempat 2 orang ustaz yang duduk di kursi. ekspresinya beragam. Mulai manggut-manggut, tersenyum, hingga mengernyitkan dahi.
Ustaz Huzaifah menyampaikan ceramah lisan. Di sebelah kirinya Ustaz Riyan menerjemahkannya ke bahasa isyarat.
"Target kita tiap masjid minimal ada penerjemah. Selain tempat ibadah masjid adalah markas belajar agama bagi siapapun, termasuk saudara kita penyandang disabilitas," ucap Riyan saat berbincang dengan detikcom usai tausiah.
(sun/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini