Pasien Ningsih Tinampi dari Korban Santet, Anak Rewel, hingga Ingin Hamil

Pasien Ningsih Tinampi dari Korban Santet, Anak Rewel, hingga Ingin Hamil

Muhajir Arifin - detikNews
Jumat, 29 Nov 2019 14:40 WIB
Ningsih Tinampi saat mengobati pasien. (Muhajir Arifin/detikcom)
Pasuruan - Pengobatan alternatif Ningsih Tinampi semakin digandrungi. Pasien datang dari semua kalangan dan mengeluhkan berbagai penyakit untuk disembuhkan.

Pasien yang ingin mendapat terapi Ningsih Tinampi berasal dari berbagai kota di Indonesia, bahkan ada juga para tenaga kerja yang bekerja di luar negeri. Pasien berasal dari berbagai etnis, status sosial, dan ekonomi.

Sakit yang mereka keluhkan mulai penyakit berat, seperti kanker, tumor, hingga gangguan jantung. Pasien juga mengeluhkan penyakit sedang hingga ringan, seperti mata, kaki bengkak, hingga anak rewel. Ada juga pasien ingin mendapatkan keturunan.

"Saudara saya yang sakit. Hari ini jadwalnya diobati. Saya secara jalur privasi (cepat) pada Selasa kemarin," terang Syafii, pengantar pasien asal Malang, Jumat (29/11/2019).


Zainul Arifin, pria yang ditemui di lokasi, mengatakan datang untuk mendaftarkan orang lain. Ia sudah melakukannya beberapa kali.

"Saya daftarkan TKW Taiwan, dia sakit kanker payudara parah. Saya diminta daftar dulu, nanti kalau gilirannya dia pulang," kata Zainul.

Sebelumnya Zainul berniat mendaftar jalur privasi, namun kuota jalur cepat itu sementara ditutup karena sudah mencapai 400 orang. "Akhirnya antre sampai 13 Januari 2021," terangnya.

Mustakim, pria lainnya, mengatakan ia datang mengantar anaknya yang masih balita. Anak perempuannya tersebut sering rewel dan ia berharap bisa disembuhkan Bu Ning, sapaan Ningsih Tinampi.

"Anak saya rewel, saya bawa ke Bu Ning, semoga nggak rewel lagi," katanya.

Tarif pengobatan Ningsih TinampiTarif pengobatan Ningsih Tinampi (Muhajir Arifin/detikcom)

Hal berbeda diungkapkan seorang pria asal Jawa Barat yang mengantar istrinya. Pria yang mengaku asli Jawa Tengah ini datang ke Pandaan berharap segera diberi keturunan.

"Saya antar istri. Nggak apa-apa, nggak sakit. Ingin hamil, siapa tahu jodoh," katanya.

Hanya, ia terpaksa kembali karena harus antre hingga 2021. "Mau daftar jalur khusus (privasi), tapi sementara sudah ditutup. Jadi kembali saja. Namanya usaha," ungkapnya.

Antrean pengobatan Ningsih Tinampi terdiri atas jalur reguler dengan biaya Rp 300 ribu sekali terapi, jalur privasi atau khusus dengan biaya Rp 1,5 juta sekali terapi.


Ada juga terapi lepas tali pocong atau lepas santet akut jalur privasi dengan biaya Rp 10 juta. Biaya tersebut untuk pelepasan, pembersihan, hingga penyembuhan.

Setiap hari sekitar 150 pasien reguler, 50 pasien jalur privasi, dan beberapa pasien lepas tali pocong dilayani.

Ningsih Tinampi dalam wawancara pada 17 September lalu mengatakan misi utama pengobatannya adalah menolong. Karena itu, mantan karyawan pabrik rokok di Pasuruan ini membebaskan biaya bagi pasien yang tak mampu.

Ningsih mengatakan sebagian besar pasien mengalami sakit nonmedis. "Memang mereka datang mengaku sakit macam-macam. Tapi sebenarnya mereka kerasukan, kena santet, guna-guna. Kasihan," kata Ningsih.
Halaman 2 dari 2
(fat/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.