Warga Dusun Gongseng, Waluyo (45), mengatakan pencemaran di Avur Budug Kesambi terjadi sejak 7-8 tahun lalu. Ia menduga sungai ini tercemar limbah cair dari pabrik kertas di sebelah barat Desa Pojokrejo. Jaraknya dengan sungai ini hanya sekitar 3 kilometer.
"Sejak ada pabrik berdiri. Kalau kemarau kelihatan, warna airnya hitam dan baunya itu hampir sama dengan etanol. Kalau terkena kulit, efeknya gatal-gatal sampai melepuh," kata Waluyo kepada wartawan di lokasi, Kamis (28/11/2019).
Air Sungai Avur Budug Kesambi disebut berbahaya bagi tanaman warga. Seperti yang dikatakan Suwarno (45), warga Dusun Gongseng. Sebagian tanaman jagung miliknya yang siap panen mendadak kering dan mati. Luas kebun jagung Suwarno sekitar 2 hektare.
"Setelah diairi dengan air sungai ini, tiga hari setelahnya tanaman jagung menjadi mengering," ungkapnya.
Pencemaran Sungai Avur Budug Kesambi ini telah ditangani Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Jombang. Petugas telah melakukan pengujian laboratorium terhadap sampel air sungai ini.
"Hasil labnya, (air sungai) mengandung belerang dan klorin. Tapi yang cenderung itu belerangnya. Batas baku mutunya kalau tidak salah maksimal 0,02. Ini yang terjadi lebih dari itu," terang Kepala Bidang Wasdal Gakkum DLH Kabupaten Jombang Yuli Inayati.
Ia menduga limbah yang mencemari sungai ini berasal dari dua pabrik yang letaknya cukup dekat. "Sementara sumbernya dari dua industri, tapi ini masih dalam pembuktian," ujar Yuli.
Kondisi air Sungai Avur Budug Kesambi, tambah Yuli, dipastikan mengakibatkan kerusakan pada lingkungan. Selain itu, dia menerima laporan warga yang mengeluh gatal-gatal setelah bersentuhan dengan air sungai yang tercemar.
"Yang diadukan masyarakat itu gatal-gatal pada kulit dan mengakibatkan ikan di sungai mati," tandasnya. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini