Kepala SDN 1 Karanganyar, Kecamatan Gandusari, Trenggalek, Sumirah, mengatakan konsep bijak plastik tersebut diterapkan sejak 2017 lalu. Para siswa diajak hidup ramah terhadap lingkungan dan memanfaatkan aneka sampah plastik untuk didaur ulang menjadi kerajinan atau benda yang lebih bermanfaat.
"Kami berinisiatif bersama teman-teman guru, berpikir bagaimana agar sampah plastik ini tidak semakin hari semakin menumpuk," kata Sumirah saat dikonfirmasi, Rabu (27/11/2019).
Untuk menerapkan konsep bijak plastik tersebut pihaknya membutuhkan waktu hingga 6 bulan, sebagai tahap pengenalan awal kepada para siswa. Saat itu siswa terlebih dahulu dikenalkan dengan berbagai jenis sampah yang ada di lingkungan. Selain itu mereka juga mendapatkan literasi tentang bahaya penggunaan plastik yang berlebihan.
"Setelah itu anak-anak kami ajari proses pemilahan sampah, antara plastik maupun sampah organik. Sehingga lebih mudah apabila ingin memproses daur ulang," ujarnya.
Aneka sampah plastik yang dikumpulkan para siswa tersebut selanjutnya diproses menjadi berbagai karya, mulai dari tas, dompet, hiasan dinding, kursi hingga aneka kostum unik dari barang bekas. Sedangkan sampah organik didaur ulang menjadi kompos.
"Jadi anak-anak di sini sudah terbiasa untuk mengumpulkan sampah sesuai dengan jenisnya, sampah itu tidak hanya dari lingkungan sekolah, terkadang dari luar sekolah," imbuhnya.
Untuk sampah plastik dari bekas gelas minuman dimanfaatkan untuk kerajinan tas dan dompet. Lingkaran gelas plastik dipotong selanjutnya dirangkai menggunakan talikur hingga membentuk tas atau dompet cantik, yang memiliki nilai jual hingga ratusan ribu rupiah.
"Hasilnya cukup memuaskan, bahkan ini juga banyak yang berminat untuk membeli karya para siswa," ujar Sumirah.
Sedangkan untuk sampah dari kantong plastik dimanfaatkan untuk membuat aneka kostum unik. Dengan telaten para siswa dari kelas lima dan enam memanfaatkan jam istirahat untuk merangkai kostum.
"Untuk membuat kostum ini, caranya dengan melipat kantong plastik bekas kemudian dikasih tali hingga merbentuk mirip bunga, kemudian dirangkai sesuai pola," kata salah seorang siswa, Agista Widya.
Dalam membuat kostum dari sampah plastik itu rata-rata membutuhkan waktu hingga dua minggu. Dari seluruh tahapan, bagian paling sulit adalah membentuk pola hingga menjadi sebuah kostum.
"Paling sulit bikin polanya. Tapi kami senang bisa memanfaatkan barang menjadi kerajinan," kata Agista.
Menurut Kepala SDN 1 Karanganyar, Sumirah, aneka karya siswa tersebut sering kali dipamerkan dalam berbagai even. Bahkan khusus untuk kostum juga ditampilkan dalam berbagai peragaan busana di sekolah maupun kegiatan lain.
![]() |
"Setiap acara perpisahan pasti kami tampilkan," kata Sumirah.
Tak hanya itu, sampah plastik yang tidak bisa dimanfaatkan ulang bisa tetap mendatangkan keuntungan, caranya dengan disetorkan ke bank sampah di desa setempat. Hasilnya, dari penjualan sampah itu, pihaknya mendapat imbal balik berupa uang.
"Uang itu secara ikhlas dikumpulkan oleh anak-anak dan dimanfaatkan untuk santunan bagi anak yatim piatu," ujarnya.
Konsep bijak plastik di SDN 1 Karanganyar kini memberikan manfaat tersendiri bagi lingkungan sekolah. Suasana sekolah kini terlihat lebih bersih dan tertata, selain para siswa juga lebih sadar terhadap lingkungan dan tidak membuang sampah secara sembarangan.
"Kami berharap, konsep ini bisa diterapkan ke lingkungan keluarga maupun masyarakat sekitar. Mari kita kendalikan sampah plastik agar tidak merugikan lingkungan," ujar Sumirah.
Halaman 2 dari 2