"Saya dipasung sejak tahun 2012 sampai 2018," kata salah seorang mantan korban pasung asal Kecamatan Dongko, Sumarno, Jumat (22/11/2019).
Selama hampir tujuh tahun ia hanya bisa duduk dan terlentang. Bahkan ia pun harus diasingkan dari lingkungan dan ditaruh di kebun yang ada di belakang rumahnya. Praktis selama bertahun-tahun aktivitas Marno sebagai manusia terbelenggu. Makan, minum hingga buang air besar dilakukan di tempat yang sama.
Remaja ini dipasung lantaran mengalami depresi dan sering mengamuk. Sehingga dianggap berbahaya bagi keluarga dan lingkungan di sekitarnya. Solusi pasung pun kala itu dianggap menjadi jalan keluar agar Marno tidak lagi mengamuk. Padahal belenggu pasung justru membuat penderita depresi semakin parah.
Kini remaja tersebut bisa bernapas lega, ia dibebaskan dari belenggu pasung oleh tim Puskesmas Dongko. Keceriaan pun terpancar dari raut Marno. Depresi yang sempat dialami berangsur-angsur pulih.
Ia mengisi hari-hari dengan mencari rumput untuk ternak kambing yang diberikan donatur, pascapembebasan pasung. "Sekarang saya senang bisa bebas," ungkap Sumarno sambil tersenyum.
Ia sempat menceritakan sekilas tentang latar belakang yang membuatnya depresi hingga sering mengamuk. Marno berharap tidak ada lagi korban-korban pasung berikutnya.
"Semoga kita semua merdeka dan tidak ada lagi pengidap gangguan jiwa yang menjadi korban pasung," ujarnya di acara Trenggalek Innovation Festival (TIF).
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini