Kepala SMPN 1 Perak Kiswari mengatakan baru kali ini kesurupan massal dialami puluhan siswanya. Sampai saat ini dia tidak bisa memastikan penyebab 53 siswa itu mengalami kesurupan. Yaitu sejak Rabu (13/11) hingga Senin (18/11). Pasalnya, penyebab kesurupan tidak bisa dibuktikan secara ilmiah.
Namun dia mempunyai beberapa pendapat terkait pemicu puluhan peserta didiknya mengalami kesurupan. Salah satunya karena pikiran para siswa sedang kosong. Selain itu, beberapa siswanya ternyata gemar bermain kuda lumping dan bantengan di sekolah. Permainan itu diyakini bisa mengundang makhluk gaib.
"Anak-anak banyak yang ikut kegiatan di luar sekolah yang ada nuansa mendatangkan seperti ini (makhluk gaib). Di ruang kelas kami temukan jepaplokan (topeng berbentuk ular yang biasa dipakai dalam kesenian kuda lumping dan bantengan). Ada beberapa anak yang membawanya dan ditaruh di ruang kelas. Namun kami tidak bisa membuktikan karena barang gaib," kata Kiswari seusai rukyah massal di aula SMPN 1 Perak, Selasa (19/11/2019).
Ia juga berpendapat kesurupan massal di sekolahnya terkait dengan pembongkaran gudang menjadi laboratorium IPA. Menurut Kiswari, ruangan ini dibiarkan kosong selama sekitar satu tahun.
"Kami tidak bisa membuktikan secara ilmiah. Pendapat beberapa praktisi ini bisa saja terjadi. Kegiatan pembongkaran ini mengganggu rumah-rumah gaib," terangnya.
Kesurupan massal di SMPN 1 Perak selama 4 hari berturut-turut mengganggu kegiatan belajar dan mengajar. Oleh sebab itu, 53 siswa yang kerap kesurupan dirukyah pagi tadi. Pihak sekolah mendatangkan 10 praktisi Jam'iyyah Ruqyah Aswaja dari Kecamatan Diwek, Jombang.
Salah seorang praktisi Jam'iyyah Ruqyah Aswaja, Tamam Fauzi, menjelaskan kesurupan massal di SMPN 1 Perak dipicu keisengan beberapa siswa bermain kuda lumping dan bantengan di sekolah. Menurut dia, oknum siswa itu mengikuti kesenian tradisional tersebut di luar sekolah dan mendapatkan isian gaib.
"Ini ada beberapa anak yang iseng. Ada kesenian jaranan dan bantengan, mereka ikut. Mereka iseng. Akhirnya menyebar ke yang lainnya," ungkapnya.
Oleh sebab itu, tambah Tamam, beberapa siswa yang mempunyai isian gaib perlu ditangani secara khusus. Pihaknya akan melanjutkan rukyah ke rumah masing-masing siswa yang pernah mengikuti kesenian kuda lumping dan bantengan.
"Penanganan di rumah, kami bersihkan semua yang dia punya isian-isian. Di sini (lingkungan sekolah) juga kami netralisir. Kami lanjutkan beberapa hari ke depan," tandasnya.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini