Informasi tersebut disampaikan Kepala Sekolah SDN Sumber Poh 5, Endang Yuliati. "Melihat kondisi plafon melengkung, saya perintahkan agar siswa kelas 3 menjadi satu ruangan dengan siswa kelas 2. Guna menghindari bahaya terhadap para siswa," ujar Endang saat ditemui di sekolah, Kamis (14/11/2019).
Endang menjelaskan, bangunan kelas 1, 2 dan 3 serta musala telah berdiri sekitar tahun 1986. Hingga saat ini hanya sebatas dilakukan perbaikan ringan.
Menurut Endang, pengajuan bantuan rehab sekolah ke Dinas Pendidikan setempat telah dilakukan pada 2017. Hanya saja, karena status lahan sekolah masih milik orang, upaya perbaikan secara menyeluruh belum bisa terealisasi.
"Ruang kelas 3 sudah kami kosongkan dua pekan terakhir, setelah melihat kondisi plafon yang berbahaya. Kami buat kegiatan belajar mengajar menjadi multigrade. Atau siswa kelas 3 digabung dengan siswa kelas 2," terang Endang.
Sementara Tim Identifikasi Polres Probolinggo yang datang ke lokasi pascaambruknya plafon langsung melakukan olah tempat kejadian peristiwa. Petugas mengumpulkan satu per satu material reruntuhan plafon, guna proses penyelidikan lebih lanjut.
"Terkait proses penyelidikan lanjutan, saat ini sudah ditangani Polres Probolinggo. Informasi sementara sebab runtuhnya plafon, masih sama karena termakan usia. Banyak kayu penyangga plafon telah lapuk. Sehingga mudah patah," jelas Kapolsek Maron, AKP Sugeng Supriyantoro.
Sebelumnya diberitakan, plafon atap ruangan kelas 3 SDN Sumber Poh 5, Kecamatan Maron, Kabupaten Probolinggo ambruk pada Rabu (13/11) dini hari. Ambruknya plafon itu diduga karena kayu penyangga sudah lapuk dimakan usia.
(sun/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini