Kreativitas mahasiswa diasah demi menghasilkan gaun yang indah. Namun terbuat dari barang bekas seperti koran bekas, plastik, karung bekas bahkan kain perca. Total ada 28 gaun yang dipamerkan.
"Persoalan lingkungan tidak mungkin diselesaikan oleh pemerintah sendiri, masyarakat harus ikut berperan aktif," tutur Wakil Rektor INSURI Murdianto, Minggu (27/10/2019).
Murdianto menambahkan kegiatan ini sebagai bentuk kepedulian para mahasiswa terhadap permasalahan lingkungan terutama masalah sampah. Mahasiswa harus bisa merawat dan menjaga kelestarian lingkungan salah satunya dengan mendaur-ulang sampah.
"Dengan gaun recycle ini kita ingin memberikan pesan kepada masyarakat untuk berkreasi dengan bahan daur ulang," terang dia.
Menurutnya, permasalahan lingkungan seperti kemarau panjang yang terjadi di Ponorogo akibat dari ulah manusia. Seharusnya masyarakat mau merubah perilaku dengan cara tidak membuang sampah sembarangan, tidak menebang pohon serta hemat menggunakan air dan listrik.
"Harus ada reboisasi, penghijauan untuk menjaga bumi kita," katanya.
Salah satu peserta mahasiswi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fitria Nurrohmah mengaku saat menjadi peragawati tidak kesulitan dan tidak merasa berat, sebab gaun miliknya terbuat dari koran dan plastik bekas.
"Kesulitannya hanya saat merangkai masing-masing bahan, mengkreasikannya juga. Tapi kalau bahan, mudah didapatkan," pungkas dia. (fat/fat)