.webp)
Sebab, kondisi di dalam tanah kawasan Ponorogo, Trenggalek hingga ke Tulungagung memiliki rongga tanah. Saat musim kemarau seperti ini mendekati musim penghujan biasa terjadi longsoran kecil di dalam tanah sehingga menimbulkan suara gemuruh.
"Meski suaranya berulang-ulang sejauh pantauan kami masih aman," tutur Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Ponorogo Setyo Budiono kepada detikcom, Sabtu (26/10/2019).
Menurutnya, pada tahun 2011 juga pernah terjadi fenomena serupa di Kecamatan Ngebel. Saat itu pun warga diimbau untuk tenang dan waspada, jika gemuruh tidak berhenti dan terdengar hingga ke seluruh Ponorogo berarti tidak aman.
"Kalau sebatas suaranya timbul tenggelam masih wajar serta tidak ada perubahan warna air tanah maupun bau ya masih aman," terang dia.
Budi menambahkan saat tim mengkaji tidak menemukan keanehan, misal ada perubahan air tanah atau berbau maka warga harus diungsikan. Namun melihat kondisi di lapangan baik-baik saja, BPBD sesuai arahan BMKG masih memandang aman kondisi ini.
"Mungkin warga takut kejadian longsor besar seperti Desa Banaran, Kecamatan Pulung. Meski warga trauma, ya kita harus ingatkan untuk waspada dan cepat melapor ke kami supaya ada tindakan," paparnya.
Di Dukuh Toro, lanjut Budi, warga diimbau untuk selalu memberikan informasi terkait perkembangan kondisi di desanya. Total ada 6 KK yang tinggal di Dukuh Toro, Desa Pudak Kulon, Kecamatan Pudak.
"Kita lihat perkembangannya kita juga berkonsultasi dengan ahli di bidang geologi supaya lebih akurat," imbuhnya.
Halaman 2 dari 2
