14 Kecamatan Trenggalek Rawan Bencana Longsor dan Banjir, Ini Antisipasinya

14 Kecamatan Trenggalek Rawan Bencana Longsor dan Banjir, Ini Antisipasinya

Adhar Muttaqin - detikNews
Kamis, 17 Okt 2019 17:17 WIB
Bupati Trenggalek, Mochammad Nur Arifin/Foto: Adhar Muttaqin
Trenggalek - Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Trenggalek menggelar apel kesiapsiagaan guna menghadapi potensi bencana pada musim penghujan. Sebab dari peta, seluruh kecamatan rawan terjadi bencana banjir maupun tanah longsor.

"Melihat potensi bencana itu, kami hari ini melakukan pengecekan bersama seluruh personel yang terlibat dalam penanganan kebencanaan, termasuk berbagai peralatannya, ada alat berat untuk penanganan longsor maupun perahu evakuasi," kata Kapolres Trenggalek, AKBP Jean Calvijn Simanjuntak, Kamis (17/10/2019).

Dalam apel tersebut pihaknya melibatkan berbagai instansi. Mulai dari kepolisian, TNI, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Tagana, Basarnas, Baznas serta berbagai potensi SAR lain. Dengan kesiapan tersebut diharapkan apabila terjadi bencana alam maka proses penanganan bencana akan lebih cepat dan tepat.

"Kita berharap bencana tidak terjadi di Trenggalek. Tapi bila ada, maka seluruh personel ini siap untuk bahu membahu melakukan proses penanganan," ujarnya.


Kepala BPBD Trenggalek, Joko Rusianto mengatakan, dari hasil pemetaan yang telah dilakukan hampir seluruh wilayah di 14 kecamatan Trenggalek memiliki potensi bencana, saat musim kemarau maupun musim penghujan.

"Semua kecamatan di Trenggalek ini rawan, bahkan saat ini ada 47 desa kekeringan. Makanya saat ini fokus kekeringan dulu ya. Mobil tangki kami dengan tangki PDAM singkron, kita bagi ke seluruh wilayah terdampak," kata Joko.

Sedangkan kerawanan di musim penghujan adalah banjir dan tanah longsor. Untuk kerawanan tanah longsor hampir merata di seluruh kecamatan. Hal ini dipengaruhi kondisi geografis Trenggalek yang sebagian besar merupakan pegunungan, bahkan beberapa perkampungan berada di bawah tebing maupun lereng yang curam.

Namun, kata Joko, dari pengalaman beberapa tahun terakhir sejumlah titik longsor yang paling sering terjadi berada di Tugu, Bendungan, Panggul serta Trenggalek. Salah satu titik yang dinilai cukup vital adalah ruas jalan nasional Trenggalek-Ponorogo, di lokasi tersebut berulangkali terjadi tanah longsor berskala besar hingga menutup seluruh badan jalan.


Pihaknya berharap potensi longsor di jalan nasional tersebut berkurang. Sebab sebelumnya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah membangun tembok penahan longsor di KM 16 serta membuat saluran air di beberapa titik.

"Untuk wilayah Kecamatan Trenggakek, yang sering putus itu di Dawuhan atau arah gudang amunisi ke atas sampai Depok," jelasnya.

Sedangkan titik rawan banjir berada di Kecamatan Gandusari, Kampak, Panggul, Trenggalek dan beberapa kecamatan lain. Banjir tersebut biasanya terjadi apabila kondisi curah hujan tinggi, sehingga sungai-sungai besar tidak mampu menampung hingga meluap ke permukiman warga.

"Yang pasti teman-teman di Pusdalops BPBD siap 24 jam/7 hari untuk menginformasikan kepada masyarakat terkait perkembangan situasi kebencanaan di Trenggalek," imbuhnya.


Dikonfirmasi terpisah Bupati Trenggalek, Mochammad Nur Arifin, mengatakan sebagai upaya pencegahan pemerintah akan melakukan berbagai aksi. Salah satunya dengan gerakan menanam bambu dan pohon beringin di daerah aliran sungai.

"Ini sebagai antisipasi, jangan sampai terjadi longsor besar yang membahayakan masyarakat. Dengan menanam ini kami harap lahan kritis menjadi lebih kuat," imbuhnya. (fat/fat)
Berita Terkait