Ratusan Sumur Bor Liar Ancam Sungai Rejoso Pasuruan

Ratusan Sumur Bor Liar Ancam Sungai Rejoso Pasuruan

Muhajir Arifin - detikNews
Senin, 07 Okt 2019 16:55 WIB
Seminar 'Pertanian Berkelanjutan, Emisi Karbon Rendah dan Ko-Investasi Sumberdaya Air di DAS Rejoso' di Pasuruan/Foto: Muhajir Arifin
Pasuruan - Kualitas Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Rejoso, Pasuruan terus memburuk. Padahal, ribuan orang bergantung pada DAS tersebut.

Yakni mereka yang berada di 13 kecamatan bagian timur Kabupaten Pasuruan dan 3 kecamatan yang masuk wilayah Kota Pasuruan. "Pertambahan penduduk yang cepat serta aktivitas sosial ekonomi masyarakat telah menimbulkan tekanan terhadap kondisi DAS Rejoso," kata Beria Leimona, peneliti senior Word Agroforestry (ICRAF), dalam seminar "Pertanian Berkelanjutan, Emisi Karbon Rendah dan Ko-Investasi Sumberdaya Air di DAS Rejoso" di Pasuruan, Senin (7/10/2019).

Beria mengatakan, dalam penelitian yang dilakukan pada 2016-2018, ditemukan berbagai penyebab penurunan kondisi DAS Rejoso. Baik di hulu maupun hilir.


"Di hulu terjadi penebangan hutan, pengubahan penggunaan lahan, dan praktik pengolahan lahan yang tak berkelanjutan. Sehingga sering terjadi banjir, longsor, dan erosi-erosi lahan. Sedimentasi meningkat serta adanya polusi air tanah dan sungai," terangnya.

Sementara di wilayah tengah dan hilir terdapat permasalahan inefisiensi pemanfaatan air. Banyak sumur bor dibangun tanpa dilengkapi perizinan yang memadai dan kurang mengindahkan prosedur teknis yang benar.

"Tahun 2018 terdapat 550 sumur bor air tanah di wilayah hilir DAS Rejoso. Sebagian besar tidak dilengkapi keran tutup buka. Tak ada alat pengatur. Akibatnya, air tanah keluar tanpa kontrol. Sebagian besar ke sungai dan kemudian terbuang ke laut," terang Beria.

Kondisi tersebut diperparah berkurangnya debit air Mata Air Umbulan yang mengalir ke DAS Rejoso. Beria menyebut pada tahun 70-an, debit Umbukan mencapai 6.000 liter/detik, namun tahun 2018 hanya 3.200 liter/detik.

"Jika langkah-langkah antisipasi tidak dilakukan, bukan tidak mungkin Umbulan bakal berhenti mengeluarkan air," terangnya.

Penurunan kualitas DAS Rejoso mengancam pertanian yang merupakan mata pencaharian utama penduduk di wilayah hilir. Kualitas pertanian padi sawah terancam karena tergenang air secara terus-menerus akibat banjir. Perilaku tanam yang tak serentak menyebabkan hama tak bisa dikendalikan.


"Praktik budidaya padi yang berkelanjutan dan rendah emisi belum dikenal karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran, serta tidak adanya dukungan ataupun insentif bagi petani yang menerapkan sistem budidaya tersebut," tambahnya.

ICRAF berupaya mengajak masyarakat lewat Gerakan Rejoso untuk melestarikan DAS Rejoso multi-pihak. ICRAF melakukan kegiatan seperti konservasi lahan, penanaman pohon dengan sistem agroforestri, pertanian berkelanjutan, efisiensi pemanfaatan air, serta peningkatan kapasitas masyarakat dan penguatan kelembagaan terus dilakukan.

"Tahun 2016-2018 lalu Gerakan Rejoso Kita menitikberatkan pada pengelolaan wilayah hulu dan tengah. Maka pada tahun 2019 ini akan berfokus di wilayah hilir DAS Rejoso. Yaitu di Kecamatan Winongan dan Gondang Wetan," pungkasnya. (sun/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.