"Ini menjadi perhatian kita, disharmoni biasanya muncul akibat kurang dialog dan kurang saling mengenal, akhirnya eksklusif. Dalam sebuah negara yang penuh kebhinekaan seperti Indonesia, maka harmoni akan terwujud jika kita berhasil mewujudkan pola hubungan yang inklusif baik intern maupun antar umat beragama khususnya di Jawa Timur," kata Khofifah saat menerima menerima Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jatim di Gedung Negara Grahadi, Jumat (6/9/2019).
Untuk itu, ia mendorong adanya suasana kemitraan yang harmonis atau harmonious partnership antar-umat beragama secara aktif yang melibatkan elemen-elemen strategis. Salah satu elemen itu yakni FKUB yang saat ini berperan sebagai religious leader.
"Mari kita jaga suasana kemitraan yang harmonis intern dan antar-umat beragama di Jatim dengan melibatkan secara aktif seluruh elemen strategis, khususnya peran religious leader, seperti FKUB," imbau mantan menteri sosial itu.
Khofifah menambahkan, peran FKUB sebagai representasi religious leader diharapkan menjadi perekat bagi harmoni umat beragama, baik intern maupun antar umat beragama. Menurutnya, hubungan antar-umat beragama di Jatim saat ini sudah terbangun sangat baik dan harus terus dijaga agar tetap solid dan kondusif.
Menurut Khofifah, untuk membangun harmonious partnership di era sekarang tidak hanya mengandalkan cara-cara lama seperti berceramah atau berkhutbah saja. Namun hal-hal lain juga bisa dilakukan dengan mengimprovisasi ala milenial sesuai dengan nalar dan psikologis serta style milenial.
"Seperti dengan meme, karikatur, dan lain-lain. Sebab, tidak semua anak-anak muda sabar mendengar nasihat, khutbah atau ceramah. Ceramah agama akan berhasil bagi orang-orang yang prespektif soal agamanya sudah baik, namun kurang efektif bagi komunitas yang prespektifnya agamanya masih kurang," jelas Khofifah.
"Mari kita viralkan harmonious partnership ini, sebab masing-masing tokoh agama, seperti ulama, kiai, atau pendeta, mereka memiliki jamaah atau ummat yang fanatik. Jika masing-masing memiliki jamaah 100 orang, tentu yang paham hanya 100 orang. Sementara di era sekarang, dunia ini begitu mudah memberikan persepsi publik dari manapun. Jika menggunakan digital IT maka resonansinya tidak terbatas ruang maupun waktu," pungkasnya.
Tonton juga video Pendeta Papua Temui Gubernur Jatim:
(fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini