Tarif Gas Bumi di Mojokerto Mencekik, Warga Balik ke Elpiji

Tarif Gas Bumi di Mojokerto Mencekik, Warga Balik ke Elpiji

Enggran Eko Budianto - detikNews
Rabu, 04 Sep 2019 17:55 WIB
Salah satu warga dengan meteran gas bumi (Foto: Enggran Eko Budianto)
Mojokerto - Gas bumi yang disalurkan ke 9 ribu rumah tangga di Kota Mojokerto digadang-gadang lebih murah dari gas elpiji. Namun, manfaat itu tak dirasakan semua penerima jaringan gas (jargas) di Kota onde-onde tersebut.

Bahkan sejumlah rumah tangga memilih berhenti berlangganan karena tak sanggup membayar tagihan bulanan. Mahalnya tarif gas bumi dari Perusahaan Gas Negara (PGN) salah satunya dirasakan Z (39), warga RT 3 RW 1, Kelurahan Surodinawan, Kecamatan Prajurit Kulon. Dia mengaku sempat menikmati gas gratis selama 6 bulan pertama.

Dia baru menerima tagihan pertama pada Januari 2019 sebesar Rp 55 ribu. Tagihan 4 bulan berikutnya secara berturut-turut naik dua kali lipat. Yaitu Februari Rp 119.850, Maret Rp 107.100, April Rp 107.100 dan Mei Rp 94.350. Baru 3 bulan terakhir, tagihan gas bumi yang dia pakai turun. Yaitu Juni Rp 46.750, Juli Rp 51.000, serta Agustus Rp 55.250.

"Katanya dulu gas bumi ini lebih murah daripada elpiji, ternyata lebih mahal. Kalau pakai elpiji, sebulan saya habis 2 tabung melon atau Rp 38 ribu," kata Z saat berbincang dengan detikcom di rumahnya, Rabu (4/9/2019).


Tentu saja tarif berlangganan gas bumi PGN membuat Z keberatan. Terlebih lagi tagihan bulanan yang harus dia bayar pernah mencapai di atas Rp 100 ribu. Dia mengaku tak mengerti penyebab sempat melambungnya tagihan gas di rumahnya.

"Saya keberatan di tarifnya, juga tidak pernah diberi tahu berapa tarif per meter kubik. Kalau suplai selama ini pernah dua kali ngedrop pada pagi sekitar jam 6. Saat itu di rumah saya nyala apinya mengecil, lama kelamaan habis, siangnya baru bisa normal," ungkapnya.

Saking mahalnya tarif gas PGN, sejumlah warga memilih berhenti berlangganan. Seperti yang dilakukan Katini (46), warga RT 7 RW 2, Kelurahan Surodinawan. Dia tertarik menggunakan gas bumi karena diming-imingi tarif lebih murah dibandingkan elpiji.

Namun setelah mendapatkan suplai gas gratis selama 6 bulan, dia mendapatkan tagihan pertama Rp 196 ribu pada Desember 2018. Karena tak sesuai harapan, dia nekat tak membayar tagihan 5 bulan berikutnya. Yaitu Januari-Mei 2019. Sehingga meter pelanggan gas di rumahnya dicopot paksa oleh petugas.

"Tagihan pertama kok banyak, saya tanya ke petugas kontrol meter pelanggan. Katanya setelah 6 bulan lagi kembali normal. Saya tak mampu kalau bayar Rp 200 ribu sebulan. Sehingga selama 5 bulan tidak saya bayar karena tagihannya total Rp 700 ribu lebih. Saya tidak punya uang untuk membayar," terangnya.

Oleh sebab itu, Katini kembali menggunakan elpiji bersubsidi sejak Mei 2019. Rata-rata setiap bulan dia hanya menghabiskan 2 tabung elpiji melon senilai Rp 38 ribu. Penghasilannya sebagai buruh sepatu membantu sang suami tak cukup jika harus membayar tagihan gas yang mahal.

"Lebih baik pakai elpiji, lebih hemat," tegasnya.

Hal yang sama dilakukan Eris (33), warga RT 01 RW 4, Kelurahan/Kecamatan Prajurit Kulon. Dia merasa kecewa karena tagihan pertama pemakaian gas bumi dari PGN mencapai Rp 270 ribu. Sehingga dia sempat tidak membayar tagihan 3 bulan berikutnya dengan total hampir Rp 400 ribu.


"Karena banyak yang bilang tarif berikutnya akan murah, saya lunasi tunggakan tagihannya. Sehingga tidak jadi diputus. Kalau ternyata masih mahal, saya kembali pakai elpiji saja. Rata-rata sebulan saya habis 4 tabung melon seharga Rp 72 ribu," jelasnya.

Sementara Kabag Humas dan Protokol Setda Kota Mojokerto Hatta Amrulloh berjanji akan menyampaikan keluhan para pengguna gas bumi ke PGN. Selain itu, pihaknya juga akan memperjelas tarif yang diterapkan perusahan pelat merah tersebut terhadap pelanggan rumah tangga.

"Akan kami jajaki dulu tarifnya berapa, apakah ada komponen lain dalam tarif tersebut," tandasnya.

Gas bumi di Kota Mojokerto telah disalurkan ke 9 ribu rumah tangga. Yaitu di Kelurahan Magersari, Gedongan, Balongsari, Kedundung, Purwotengah, Jagalan, Sentanan, Mentikan, Kauman, Prajurit Kulon, Surodinawan, dan Miji.



Simak juga video Menteri Jonan Resmikan Jaringan Gas Bumi Rumah Tangga di Pasuruan:

[Gambas:Video 20detik]

(fat/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.