"Air embung menyusut hingga tiga meter. Kalau musim hujan meluber ini," kata Kepala Desa Kedungpengaron, M Rosyid, di lokasi, Jumat (23/8/2019).
Rosyid menjelaskan sebenarnya air masih bisa dialirkan ke irigasi. Namun debitnya sangat kecil sehingga hanya sebagian kecil petani yang akan menikmati.
Kondisi tersebut dikhawatirkan akan menimbulkan perselisihan antar petani. Petani yang tak kebagian air dari embung akan melakukan protes.
"Bisa dipaksakan mengalir ke sawah, tapi kecil. Banyak yang tak kebagian. Karena itu petugas memutuskan tak mengalirkan," terang Rosyid.
Rosyid menyayangkan kondisi tersebut. Menurut dia, embung dibangun seharusnya bisa dimanfaatkan para petani, terutama saat kemarau.
"Para petani susah sekarang. Mereka berharap segera turun hujan," terang Rosyid.
Pantauan di lokasi air di embung yang dibangun 2013 ini memang mengalami penyusutan signifikan. Air yang tersisa dibiarkan begitu saja.
Warga terdekat tampak masih mengambil air melalui jerigen. Mereka memanfaatkan untuk keperluan sehari-hari, seperti mandi maupun memasak. Akibat kekurangan air, lahan persawahan banyak yang mengering dan rusak. Jika kondisi tersebut berlanjut, pertanian terancam gagal panen. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini