Sebelum kejadian, korban bersama rekannya bernama Misiyat turun ke pantai Patok Koang. Keduanya lantas menyusuri tebing curam dan batuan terjal menuju lokasi. Setibanya di tempat kejadian mereka pun berpencar.
Saat keduanya memunguti rumput laut itulah diduga datang ombak besar. Celakanya, korban tak sempat berlari menyelamatkan diri. Tubuhnya terseret dan tenggelam. Terlebih korban tak bisa berenang.
"(Mencari rumput laut) memang menjadi mata pencaharian musiman. Terutama bulan Juni, Juli, sampai Agustus," ujar Haryono (53) tetangga korban di sela pencarian di lokasi.
Menurut Haryono, para pencari rumput laut biasanya datang secara berombongan. Selanjutnya mereka berpencar menyusuri bibir pantai. Tempat kejadian, lanjut Haryono, menjadi tujuan favorit. Pasalnya, tanaman tersebut tumbuh subur di tempat itu.
Hanya saja, risiko yang harus mereka hadapi cukup besar. Ombak tinggi bisa saja datang sewaktu-waktu. Karenanya, sembari memungut rumput laut mereka harus sambil mengamati perairan.
"Jadi kalau pas air surut lari ke tengah ambil rumput laut. Nah, begitu ombak mau datang harus cepat-cepat berlari ke pinggir," terang Soiran (60) warga lain yang mengaku pernah ikut mencari bahan pembuat agar-agar tersebut.
Pantauan detikcom, hingga pukul 16.00 WIB, puluhan warga masih berada di sepanjang bibir pantai. Pencarian dilakukan dengan menyisir dari daratan maupun perairan. Beberapa penyelam juga diterjunkan. Hanya saja keberadaan korban belum diketahui.
"Upaya pencarian sampai saat ini masih terus dilakukan dari team Gabungan Pol Airud, TNI AL, BPBD dan masyarakat namun sampai saat masih dalam proses pencarian," terang Aipda Endro Wibowo, Kapos Polair Pacitan.
(iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini