"Sama sekali nggak ngerti kalau itu bata bersejarah. Sejak tahun 1980-an saya tahu di sini banyak bata berserakan. Kakek saya bilang 'cari bata di kebun, di sana banyak bata', karena ya nggak ngerti," kata Mujib, pemilik lahan sata dikonfirmasi di lokasi, Selasa (23/7/2019).
Mujib mengatakan, bata-bata yang diambil dari lahan milik keluarga ini dijadikan sebagai semen merah. "Dulu ambil bata lalu dihaluskan buat semen. Sampai tahun 1990-an mungkin. Setelah itu nggak pernah ambil," imbuhnya.
Setelah itu, lahan tersebut ditanami berbagai jenis tanaman. Karena tekstur tanah keras dan berupa gundukan, cocok ditanami pohon seperti sengon.
"Saya tahu kalau bata-bata itu ternyata berharga, baru beberapa hari lalu," terangnya.
Temuan ini bermula saat Mujib menggali tanah untuk mengambil sisa-sisa pohon sengon yang habis ditebang. Galian tersebut rencananya akan digunakan untuk menanam sengon baru.
Kemudian dia mendapati struktur bata di beberapa titik. Bersama beberapa warga, pemilik lahan kemudian menggali lebih dalam hingga 1,5 meter. Struktur bata semakin tampak jelas tertanam di dalam gundukan tanah besar yang selama ini ditanami pohon sengon. Temuan tersebut kemudian dilaporkan.
Penemuan ini merupakan yang ketiga dalam dua tahun terakhir. Pada April 2018, bangunan diduga petirtaan kuno ditemukan di bawah pohon gayam di tengah sawah Dusun Sendang, Desa Manikrejo, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan.
Kemudian empat bulan berselang, Agustus 2018, bangunan saluran air kuno ditemukan di Dusun Kalongan, Desa Candiwates, Kecamatan Prigen. (fat/fat)