Seperti pantauan detikcom di beberapa persawahan dekat sungai Bengawan Solo dan Sungai Pacal di Bojonegoro, banyak petani yang mengganti bahan bakar pompa air. Dari BBM jenis premium menjadi gas elpiji.
"Pakai elpiji karena lebih irit daripada pakai bensin. Apalagi bensin juga sudah sulit didapat. Untuk satu tabung elpiji 3 kg itu bisa dipakai 10 jam bahan bakar diesel," kata salah seorang petani Isman, Selasa (9/7/2019).
Sementara Dinas Perdagangan Bojonegoro melakukan sidak di beberapa tempat penjualan elpiji. Baik di tingkat pengecer maupun pangkalan. Sidak dilakukan agar tidak terjadi kekurangan atau kelangkaan elpiji.
Di beberapa pengecer, banyak elpiji 3 kg yang dijual pada sektor pertanian. Plt Kepala Dinas Perdagangan Bojonegoro Agus Hariyana membenarkan, elpiji tersebut digunakan para petani sebagai bahan bakar mesin pompa air di persawahan.
"Saat ini banyak petani yang memakai elpiji 3 kg untuk alat pertanian seperti mesin penyedot air. Semestinya hanya dibuat rumah tangga. Sehingga terjadi pergeseran pemakaian elpiji dari rumah tangga ke pertanian," kata Agus.
Agus mengakui jika elpiji telah disalahgunakan. Dalam sidak, Agus merangkum alasan pengecer yang menjual elpiji ke petani agar stok dagangan yang dimiliki cepat habis.
"Kalau stok elpiji 3 kg akhir-akhir ini aman. Kami menjual ke pengecer dan konsumen masih Rp 16 ribu untuk ukuran 3 kg. Penjualan juga sesuai HET dan langsung ke konsumen rumah tangga," kata Adi, pemilik salah satu pangkalan elpiji di Kecamatan Sukowesu, Bojonegoro.
Meski elpiji 3 kg kini banyak digunakan di sektor pertanian, Disperindag Bojonegoro memastikan stok elpiji 3 aman. Jika warga kesulitan mendapatkan elpiji melon bisa langsung membeli ke SPBU atau pangkalan resmi.
(sun/fat)