Ziarah dan doa bersama yang diikuti sekitar 500 buruh itu dipimpin Wakil Bupati Nganjuk, Marhaen Djumadi. Dalam kesempatan itu, wabup meminta para buruh untuk tidak menggelar kegiatan unjuk rasa yang tidak bermanfaat.
"Kita isi kegiatan dengan religi. Mbak Marsinah tidak butuh demo. Hanya doa yang dibutuhkan. Yang kita kirimkan nanti InsyaAllah sampai ke beliau," ujar Marhaen di hadapan ratusan buruh, Rabu, (1/5/2019).
Salah satu buruh asal Nganjuk mengaku prihatin atas nasib yang menimpa Marsinah waktu itu. Dalam May Day tahun ini ia berharap Marsinah dinobatkan menjadi pahlawan nasional oleh pemerintah.
"Kita sebagai buruh ikut prihatin dan berharap pemerintah bisa memberikan penghargaan untuk almarhum dinobatkan sebagai pahlawan nasional," ujar Agus.
Seperti pantauan detikcom di lokasi, sekitar 500 buruh yang berziarah di makam Marsinah terdiri dari anggota SPSI, KSBSI Nganjuk dan SP/SB Jatim. Kemudian dua buah foto berukuran jumbo tampak dipajang di makam Marsinah yang berpagar besi.
Taburan bunga terus bertambah menghiasi pusara almarhum. Selain Wakil Bupati Nganjuk Marhean, turut ikut dalam ziarah yakni Kapolres Nganjuk AKBP Dewa Nyoman Nanta Wiranta.
Marsinah meninggal pada umur 24 tahun. Ia merupakan seorang aktivis dan buruh pabrik Jaman Pemerintahan Orde Baru. Ia bekerja pada PT Catur Putra Surya (CPS) Porong, Sidoarjo, Jawa Timur.
Ia diculik dan kemudian ditemukan terbunuh pada 8 Mei 1993 setelah menghilang selama tiga hari. Mayatnya ditemukan di hutan di Dusun Jegong, desa Wilangan dengan tanda-tanda bekas penyiksaan berat.
Tonton juga video May Day, Rekayasa Lalin Sekitar Istana Sudah Diberlakukan:
(sun/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini