3 Bulan Tiga Bumil Meninggal, Pemkab Ponorogo Upayakan Hal Ini

3 Bulan Tiga Bumil Meninggal, Pemkab Ponorogo Upayakan Hal Ini

Charolin Pebrianti - detikNews
Jumat, 22 Mar 2019 08:25 WIB
Kadinkes Ponorogo Rahayu Kusdarini/Foto: Charolin Pebrianti
Ponorogo - Bumi reog ternyata kurang ramah untuk ibu hamil. Sebab, selama 3 bulan mulai Januari-Maret 2019, sudah tiga ibu hamil meninggal. Apa penyebabnya?

"Penyebab utamanya karena akses geografisnya yang di daerah pegunungan," tutur Kadinkes Ponorogo Rahayu Kusdarini kepada detikcom, Jumat (22/3/2019).

Irin, sapaannya, mengaku data Dinkes tahun 2017 ada sebanyak 18 kematian ibu hamil. Angka ini turun di tahun 2018 sebanyak 9 kematian. Namun awal tahun 2019 ini meningkat lagi sudah ada 3 kematian.

"Upaya yang sudah kita lakukan jika setiap ada kematian ibu hamil kita selalu analisa supaya ke depan tidak terulang kembali," terang dia.

Dia menjelaskan pada Februari 2019 lalu heboh kabar ibu hamil yang harus kehilangan bayinya akibat akses jalan yang rusak. Kejadian tersebut terjadi di Dusun Watuagung, Desa Dayakan, Kecamatan Badegan. Disana akses geografisnya memang sulit karena medan pegunungan. Kendaraan roda empat tidak bisa masuk ke halaman rumah warga sehingga ibu hamil tersebut harus ditandu menuju mobil ambulans desa.

Meski penyebab kematian bayi ibu tersebut karena terlilit pusar, bukan karena jalan, namun masyarakat menilai penyebab utama kematian bayi adalah karena akses jalan.

"Selain Watuagung, kami juga ke Dusun Jurang, Desa Sempu, Kecamatan Dayakan juga. Sama geografisnya tinggi dan susah akses kendaraan roda empat," papar dia.


Menurutnya, ibu hamil di dua tempat tersebut memang membutuhkan perhatian. Beruntung kesadaran ibu hamil tinggi sehingga rajin periksa ke bidan.

Namun sejak memasuki musim hujan seperti ini, lanjut Irin, semakin bahaya. Jika ibu bisa melakukan persalinan normal tidak apa-apa, bidan bisa datang ke rumah warga. Namun yang dikhawatirkan adalah bila sang ibu hamil membutuhkan penanganan khusus yang harus pergi ke rumah sakit.

"Kondisi seperti ini menjadi risiko keselamatan baik ibu maupun bayinya. Nah untuk itu kita ambil langkah. Ibu kita bawa turun sebelum waktu kelahiran dan kita tempatkan di Rumah Tunggu Kelahiran (RTK)," imbuh dia.


RTK ini dikhususkan untuk ibu hamil yang tinggal di geografis ekstrem. Di sini seluruh kebutuhan ibu mulai makan, penginapan serta saat melahirkan bayi ditanggung pemerintah. Rencananya bakal dibangun di dekat rumah sakit.

"Kita siapkan satu pendamping juga, kita fokus untuk Kecamatan Badegan dan Kecamatan Ngrayun," ujarnya.

Namun dalam jangka waktu dekat, saat ini ibu hamil dirawat di rumah bidan desa serta dekat dengan puskesmas.

"Hingga menunggu RTK siap dibangun dan dihuni," pungkasnya. (fat/fat)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.