Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Surabaya Presley mengatakan program urban farming tetap eksis karena para kelompok petani mau memanfaatkan lahan-lahan kosong selain lahan mereka sendiri. Dari lahan itu, mereka kemudian menanami berbagai jenis tanaman pertanian.
"Dari lahan kosong dan miliknya sendiri mereka bisa menanam seperti padi, jagung, cabai dan sayur-sayuran," kata Presley kepada detikcom, Jumat (22/2/2019).
Presley menambahkan salah satu kelompok tani yang masih eksis yakni berada di wilayah Kelurahan Sumur Welut Kecamatan Lakarsantri. Hampir 80 persen warga Sumur Welut memilih bertani dengan menerapkan urban farming yang digagas Pemkot Surabaya.
"Jadi setiap RW itu ada kelompok taninya sendiri-sendiri, jadi sekarang itu 80 persen (masyarakat) tanam cabai dan sisanya padi," terangnya.
Dikatakan Presley, di Kecamatan Lakarsantri terdapat delapan kelompok tani, dengan anggota berjumlah sekitar 622 orang. Sedangkan luas lahan pertanian mencapai 457 hektar
Untuk itu, pihaknya, terus memberikan pendampingan kepada para kelompok tani agar hasil pertanian mereka bisa maksimal. Tidak hanya itu, jika ada kendala dalam pertanian, mereka cukup memberitahukan kepada PPL.
"Kalau yang ditanam jenisnya hortikultura. Karena jenis itu dinilai lebih menghasilkan keuntungan dengan masa tanam yang relatif cepat. Maka dari itu, sebagian besar kelompok tani lebih memilih komoditas hortikultura tersebut," ujar Presley.
"Utamanya di sini itu berupa tanaman cabai kecil, nah baru tahun ini kita mencoba tanaman untuk jenis cabai besar," tandasnya. (fat/iwd)











































