Menurut Manager Area PLN Jember-Lumajang Ardian Egusfi, untuk yang paling banyak tiang listrik tumbang dan patah ada 4 wilayah.
"Yakni terbanyak di Jember Kota, Ambulu, dan Kalisat. Sedangkan di Lumajang, untuk penyulang Bumirejo, satu tiang roboh dan satu tiang patah," sebut Adrian, Minggu (17/2/2019).
Rinciannya, 7 tiang patah dan 10 tiang roboh untuk penyulang Jenewa, Glantangan, Jatimulyo di rayon Jember Kota. Sedangkan di Ambulu, 2 tiang patah untuk penyulang Glantangan, Ambulu, Jatimulyo di rayon Ambulu. Untuk Jember Kota, 2 tiang patah untuk penyulang Pakusari dan Glagahwero. Sementara rayon Kalisat dan Jember Kota, 5 tiang patah untuk penyulang Blater di rayon Ambulu.
Dampak yang ditimbulkan dari ini, aliran listrik untuk sekitar lima ribu rumah padam. "Kami sudah kerjakan pembenahannya. Kalau sudah ada yang bisa kami manuver, kami alihkan (jaringan) sudah kami alihkan. Tapi kalau tidak bisa, ya terpaksa pelanggan menunggu," kata Ardian.
Ditanya berapa kerugian material, Ardian belum bisa memastikan. "Wah kami belum bisa hitung," katanya singkat.
Pembenahan pun terus dilakukan. Menurut Ardian, sudah 3000-an rumah yang aliran listriknya normal.
"Tiga ribu pelanggan sudah menyala. Tinggal aliran listrik dua ribu pelanggan yang belum. Teman-teman kami di lapangan bekerja keras sejak semalam," ungkapnya.
Sebagian sumber jaringan aliran listrik dialihkan ke tempat lain sehingga bisa menyala. "Tiang roboh bisa kami berdirikan lagi. Kalau yang patah ini sedang kami kerjakan," kata Ardian.
Ardian mengatakan, kejadian tersebut force majeur. Semula PLN memperkirakan jarak tiga meter antara tiang listrik dan pohon sudah bisa dikategorikan aman.
"Tapi yang terjadi kemarin, pohon-robon berasal dari jauh. Pohonnya besar dan merusak. Tiang tidak kuat," jelasnya panjang lebar.
Hujan deras dan angin kencang melanda Kabupaten Jember, Sabtu (17/2/2019). Peristiwa ini menyebabkan beberapa kawasan rusak. Salah satunya Bandara Notohadinegoro. Kaca dan plafon rusak dan pecah diterjang angin kencang. (fat/fat)