Kepala Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Surabaya Mussyafak Fauzi mengatakan pengiriman ular-ular ini sudah dilakukan sebanyak 22 kali. Dan sebelum pengiriman, pihaknya selalu memeriksa ular-ular tersebut di karantina.
"Ini yang ke 22 kali, jumlahnya total 19.364 ekor. Sekarang ini kita sedang kita lakukan pemeriksaan karantinanya itu sebanyak 800 ekor dalam 6 boks," kata Mussyafak kepada detikcom, Rabu (13/2/2019).
Menurutnya, Meski bukan hewan yang dilindungi, namun pengiriman ular-ular itu harus tetap mendapatkan pengawasan dari BBKP. Salah satunya harus melalui uji laboratorium untuk memastikan bebas dari e-coli dan salmonela.
"Ular ini memang tidak berbisa dan ular ini kalau di Tiongkok memang menjadi makanan khas yang super mewah. Dan saat ini sudah melalui uji lab dan bebas dari e-coli dan salmonela. Jadi aman untuk dikonsumsi dan diberi antibiotik. Itu saja kalau dari karantinanya," terang Mussyafak.
Sementara itu manajer PT Berkat Alam Elisabeth Elsa Hardi menjelaskan saat ini di Jawa Timur ada 2 eksportir ular yakni dari PT Berkat Alam dan PT Bina Usaha Mandiri. Sedangkan setiap tahunnya pihaknya mengaku mampu mengekspor sekitar 23 ribu ekor pertahunnya.
"Total pertahun di seluruh Indonesia 70 ribu dan untuk PT Berkat Alam ini 23 ribu ekor pertahun. Kalau per kiriman bisa 1000 bisa 800 ekor," terang Elisabeth.
Lalu dari mana ular-ular didapatkan? Elisabeth mengaku untuk mendapatkan ular-ular yang diekspor, pihaknya harus keliling ke berbagai daerah di Jawa Timur. Karena menurutnya di Jawa Timur stok ular jenis jali ini memang banyak di daerah persawahan.
"Ularnya dari Jawa Timur sendiri. Dari Ngajuk, Lamongan, Gresik, rata-rata Jawa Timur yang banyak daerah sawah-sawahnya," tandasnya. (fat/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini