Seperti alat atau mesin fogging yang besar dan rumit itu, alat ini dipercaya bisa melakukan fogging yang berujung pada matinya nyamuk Aedes aegipty penyebab penyakit DB.
Pria yang akrab disapa Ruri ini terinspirasi membuat alat fogging sederhana dari pengalamannya saat menjadi TKI di Korea Selatan. Di Korsel, setiap rumah tinggal memiliki alat fogging mandiri.
"Di Korsel, tiap 2 minggu sekali warganya fogging lingkungan tempat tinggal," tutur Ruri saat ditemui di kediamannya di Desa Setono, Kecamatan Jenangan, Kamis (7/2/2019).
Dijelaskan Ruri, alat fogging sederhana ini terbuat dari sprayer burung miliknya yang kemudian ia rangkaikan dengan sebuah pemantik las portabel. Jadilah sebuah alat fogging. Ahmad sendiri mempunyai bengkel las sehingga ia dengan mudah mendapatkan pemantik las portabel.
Ruri menjelaskan cara membuat alat foggingnya, dimulai ujung las portabel tersebut sudah ia modifikasi agar bisa dipasang pipa tembaga bekas pendingin ruangan yang telah dibentuk lekukan-lekukan. Pipa tembaga ini adalah jalur dari cairan fogging yang kemudian dipanaskan oleh api dari las portabel.
Cara kerjanya pun sangat sederhana, ketika pemantik alat portable dinyalakan maka akan memanaskan pipa tembaga yang telah dipasang di ujung alat las. Kemudian ketika pipa tembaga sudah terlihat panas maka cairan pembasmi nyamuk yang telah dimasukkan ke sprayer kemudian disemprotkan, yang sebelumnya telah dihubungkan dengan selang pada ujung tembaga dengan sprayer tersebut.
![]() |
"Cara kerjanya sebenarnya sama persis dengan rokok-rokok elektrik yang ada di pasaran hanya ini menggunakan gas portabel," terangnya.
Alat fogging ini, lanjut Ruri, bisa ia kerjakan hanya dengan hitungan jam, dengan catatan semua bahan sudah tersedia. "2 jam untuk merangkainya, hanya saja untuk memenuhi semua pesanan saya masih belum sanggup, pesanan las di bengkel juga sedang menumpuk," imbuhnya
Bapak satu anak ini mengaku sudah membuat alat pengasap sederhana ini sejak pertengahan tahun lalu. Awalnya hanya ia gunakan sendiri dan untuk lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Hanya saja karena DB sedang mewabah akhirnya banyak teman dan warga yang memesan alat buatannya ini.
"Satu alat ini hanya menghabiskan dana Rp 500 ribu saja," tukas dia.
Ruri pun berharap semua warga bisa memiliki alat fogging mandiri. Agar tidak perlu menunggu pemerintah untuk melakukan fogging. Dia juga memersilakan warga yang ingin belajar membuat alat fogging seperti miliknya.
"Kita bisa secara swadaya membeli obatnya karena memang dijual bebas," pungkasnya. (fat/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini