Ada alasan tersendiri mengapa sekolah hanya memberikan sanksi ringan kepada guru bernama Maskur (43) tersebut. Loyalitas adalah salah satunya.
"Nanti kita juga masih akan rapat bersama untuk dimusyawarahkan mengenai sanksinya. Yang jelas mungkin hanya teguran ringan. Ini semua karena berbagai pertimbangan kemanusiaan," kata Wakil Kepala Sekolah SMK PGRI 8 Ngawi Sumarlin kepada detikcom di kantornya, Jumat (1/2/2019).
Maskur hanya mendapatkan teguran ringan karena memiliki loyalitas yang sangat besar terhadap sekolah. Pengabdiannya selama empat tahun sebagai guru honorer dianggap begitu tulus tanpa pamrih.
"Pak Maskur sangat loyal. Pernah honornya dia belikan lampu atau keperluan kelas yang mendesak. Jadi bisa dianggap pernah tidak menikmati honor karena perjuangan ingin mengabdikan diri di sekolah," ujar Sumarlin.
Sumarlin terkadang mengaku heran pada Maskur. Ia mengajar dua hari dalam seminggu. Namun tidak pernah mau mengambil gaji honorer Rp 60 ribu per bulan itu. Kadang sekalipun diambil, uang tersebut ia gunakan untuk mentraktir murid-muridnya.
"Rumahnya Magetan sekitar 20 km yang setiap mau mengajar ditempuhnya. Mengabdikan sendiri kok, dia enggak dibayar gak apa-apa. Honornya ndak seberapa hanya Rp 60 ribu itupun kadang tidak di ambil dan dibuat belikan jajan siswa karena rata-rata murid sini dari orang tua yang ekonomi rendah," lanjut Sumarlin.
Dari data yang dihimpun detikcom, total pengajar di SMK PGRI 8 di Kecamatan Jogorogo tersebut sebanyak 22 guru. Dan semuanya berstatus sebagai pengajar honorer.
Sebelumnya, SMK tersebut menjadi perbincangan setelah video 3 siswa main kuda-kudaan viral di media sosial Instagram, Rabu (30/1). Maskur dianggap teledor karena membiarkan 3 muridnya asyik bermain kuda-kudaan saat ia tengah serius menjelaskan materi pelajaran otomotif di depan kelas. (fat/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini