Salah satunya Linda. "Iya saya percaya. Soalnya juru kuncinya yang cerita. Saya juga buka beberapa referensi sejarah dan ada memang yang menuliskan soal itu," tutur pengunjung asal Blitar tersebut kepada detikcom, Kamis (22/11/2018).
Secara lengkap, kabar yang beredar mengungkapkan Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa itu di dekat patirtan (sumber air) di dalam areal Candi Penataran. Kebetulan atau tidak, di dalam areal tersebut terdapat sebuah pijakan dari batu bata yang tertata rapi dan disebut sebagai pijakan Gajah Mada saat mengucapkan Sumpah Palapa.
Namun berdasarkan kajian ilmiah, informasi yang berkembang masif ini dibantah keras oleh dua narasumber yang dikonfirmasi detikcom.
Penulis sejarah Kota Blitar, Bambang In Mardiono, menyatakan, menceritakan sejarah harus berdasarkan kajian bukti, data dan fakta dari berbagai peninggalan sejarah yang ada.
"Jangan asal cerita. Dalam Kitab Pararaton dan Negarakertagama dituliskan Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa itu di pusat pemerintahan Majapahit, yaitu Trowulan," jelas Bambang.
Pernyataan ini juga diamini dosen sejarah sekaligus arkeolog Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono. Menurut Dwi, berdasarkan buku Negarakertagama, Sumpah Palapa adalah suatu pernyataan atau sumpah yang dikemukakan oleh Gajah Mada pada upacara pengangkatannya menjadi Patih Amangkubhumi Majapahit. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1258 Saka atau 1336 M.
"Di kitab itu memang tidak secara jelas dituliskan lokasinya. Namun secara logika, acara seremonial pengangkatan pejabat tinggi negara biasanya dilakukan di kota pusat pemerintahan. Dan beberapa peninggalan sejarah yang bisa kita pelajari sekarang, semua merujuk pusat kerajaan Majapahit itu ya di Wilwatikta, Trowulan, Mojokerto sekarang," tutur Dwi saat dihubungi lewat telepon.
Negarakertagama, lanjut Dwi, juga menyebutkan Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa di hadapan seluruh pejabat kerajaan yang hadir dalam acara formal tersebut. Kala itu disebutkan ada yang mencibir sumpahnya, namun banyak juga yang memberikan dukungan.
"Artinya apa, sebuah acara formal kerajaan tidak bisa dilakukan di sembarang tempat. Kota sebagai pusat kerajaan Majapahit atau Kedatonnya di Wilwatikta. Semua referensi merujuk ke tempat itu, walaupun saya bilang semua belum tentu benar," tandas Dwi.
![]() |
Selain soal lokasi, Gajah Mada mengucapkan sumpah itu saat dilantik menjadi Mahapatih (Menteri Besar) pada masa pemerintahan Ratu Tribhuwanatunggadewi (1336-1350 Masehi). Saat itu, Candi Penataran belum selesai dibangun.
"Penataran adalah candi palah. Ketika Tribhuwana menjadi ratu Majapahit, kondisi candi palah belum seluas itu. Belum ada juga patirtan yang seperti sekarang. Karena patirtan itu berdasarkan situs yang ada, dibangun saat kejayaan Majapahit dipimpin Hayam Wuruk," terangnya.
Dari prasasti yang tersimpan di bagian candi, lanjut Dwi, diperkirakan candi ini dibangun pada masa Raja Srengga dari Kerajaan Kadiri sekitar tahun 1200 Masehi, berlanjut hingga masa pemerintahan Wikramawardhana, Raja Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1415.
Dalam kitab Desawarnana atau Negarakertagama yang ditulis pada tahun 1365, candi ini juga disebut sebagai bangunan suci "Palah" yang dikunjungi Raja Hayam Wuruk ketika bertamasya keliling Jawa Timur.
Akan tetapi dari fakta ini jelas terlihat bahwa Candi Penataran belum seeksis seperti saat Gajah Mada dilantik menjadi mahapatih. Bahkan di tahun tersebut, Gajah Mada diduga telah meninggal.
"Gajah Mada diangkat menjadi Mahapatih tahun 1336-1359 Masehi, sedangkan Hayam Wuruk baru mengunjungi Candi Penataran pada 1365. Satu lagi, dari berbagai kajian keilmuan ada yang menyatakan ,Gajah Mada meninggal tahun 1364. Ini memang belum teridentifikasi kevalidannya. Tapi kalau dari penanggalan yang ada, saat Hayam Wuruk ke Blitar itu memang Gajah Mada sudah almarhum," tambahnya.
Kendati demikian, pendapat berbeda dikemukakan Kepala Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Blitar, Luhur Sejati. Menurut Luhur, posisi Blitar disebut sangat istimewa di zaman Kerajaan Majapahit. Ini dibuktikan dengan pendarmaan raja-raja Majapahit yang berada di empat candi yang ada di kawasan Blitar.
"Pusat pendarmaan itu di Candi Palah atau Penataran. Kemungkinan besar, Gajah Mada mengucapkan kembali Sumpah Palapa di situ, karena lokasi itu dinilai sebagai pusat pendarmaan. Suci dan istimewa di zaman Kerajaan Majapahit," tuturnya.
Jika memang benar demikian, bisa jadi Gajah Mada mengucapkan kembali Sumpah Palapa di Candi Penataran sebagai bentuk sosialisasi kepada masyarakat di Blitar dan sekitarnya. Namun fakta bahwa pengucapan Sumpah Palapa untuk pertama kali di ibukota Majapahit, yaitu Trowulan tentunya sulit untuk terbantahkan. (lll/lll)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini