Siang tadi sejumlah pegawai PT Enero, pabrik bioetanol yang juga penghasil PHE, mendatangi rumah Firman. Mereka mengambil sampel air dari sumur yang tercemar.
Sampel air sumur tersebut akan diuji di laboratorium milik PT Enero di Gedeg, Kabupaten Mojokerto.
"Ini kasus pertama. Kami baru mendapat informasi ini. Kami sudah ambil sampel untuk memastikan ada kandungan pupuk kami atau tidak di air sumur tersebut," kata Humas PT Enero Dimas Anandito kepada wartawan di lokasi, Senin (12/11/2018).
PHE merupakan pupuk cair yang dibuat dari vinasse, limbah bioetanol. PT Enero diklaim menghasilkan 1 juta liter PHE setiap harinya. Pendistribusiannya ke lahan petani tebu binaan pabrik gula Gempolkrep.
Penggunaan pupuk cair ini berwarna cokelat dan berbau mirip tetes tebu ini, rupanya harus dalam jumlah besar. Setiap hektare lahan tebu harus diguyur dengan 30 ribu liter PHE.
"Pupuk kami mengandung mikrobiologi yang bisa menggemburkan tanah. Juga sudah dapat izin edar dan sudah sesuai spek Kementerian Pertanian," terang Dimas.
Air sumur di rumah Firman tercemar hingga berubah warna mirip teh. Bau air mirip dengan tetes tebu. Kondisi ini terjadi sejak sepekan terakhir.
Akibatnya, air sumur tersebut tak lagi bisa digunakan untuk minum, masak, dan mandi. Diduga air sumur ini tercemar pupuk cair yang diguyurkan ke lahan tebu di sekitar rumah Firman. Jarak sumur dengan kebun tebu sekitar 20 meter. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini