Napak tilas dimulai pada hari Rabu (7/11/2018) siang, dengan titik pemberangkatan di Desa Klepu, Kecamatan Sudimoro, Kabupaten Pacitan.
"Kita semua terutama generasi muda harus meneladani semangat Pak Dirman. Beliau berjuang tanpa pamrih mempertahankan kemerdekaan dari tangan penjajah. Sekarang giliran kita mengisi kemerdekaan itu dengan karya nyata," pesan Sekda Pacitan, Suko Wiyono saat upacara pemberangkatan.
Tak hanya pelajar SLTP dan SLTA, masyarakat dari Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) juga tampak antusias mengikuti kegiatan tersebut. Mereka mengenakan kostum kebesaran masing-masing. Ada pula peserta yang mengenakan pakaian ala pejuang. Sepanjang perjalanan lagu-lagu perjuangan juga terdengar serempak dinyanyikan para peserta.
Para peserta akan menempuh jarak sejauh 40 km dan melintasi 6 kecamatan, di antaranya Sudimoro, Ngadirojo, Tulakan, Tegalombo, Bandar dan berakhir di Kecamatan Nawangan. Sebagian besar jalur napak tilas berupa perbukitan dan pegunungan.
Panitia penyelenggara, Ahmad Rofiqin menjelaskan rute sejauh itu dibagi ke dalam 19 etape. Jarak tempuh tiap etape berkisar antara 5-8 kilometer. Setiap etape diselesaikan oleh tim beranggotakan 50 orang. Pergantian regu simbolis ditandai serah terima tandu duplikat Jenderal Soedirman.
"Ini merupakan event 2 tahunan dan kali ini sudah memasuki tahun ke-4. Alhamdulillah, dari waktu ke waktu jumlah peserta makin meningkat," ucap Mamat, sapaan Ahmad Rofiqin kepada detikcom.
![]() |
Sambutan hangat juga datang dari warga setempat. Mereka menyediakan makanan tradisional serta minuman secara sukarela untuk para peserta.
Menu lokal seperti singkong, talas, dan sejenisnya diletakkan di atas meja ditempatkan di kanan kiri jalan. Bahkan di balai desa Nogosari, Kecamatan Ngadirojo, warga menyediakan nasi sebanyak 2.000 bungkus.
"Para peserta dijadwalkan tiba di finish Monumen Jenderal Soedirman, Desa Pakisbaru, Nawangan pada Jumat (9/11/2018) pukul 23.00 WIB. Keesokan paginya para peserta akan mengikuti upacara Hari Pahlawan dan secara simbolis menyerahkan tandu kepada bapak bupati," terang Mamat.
Salah satu peserta Arman Maulana (17) mengaku tertantang mengikuti kegiatan ini, sebab bukan hanya karena panjangnya jarak tempuh, tetapi peserta juga dihadapkan pada medan yang berat. Namun berbekal kebiasaan hidup di desa, siswa SMK Maarif Sudimoro ini yakin mampu menyelesaikan satu etape.
"Memang berat. Tapi kalau sudah diniati, Insya Allah semua akan terasa ringan. Yang penting semangatnya," ujarnya. (lll/lll)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini