Beberapa saat menunggu, speaker jinjing di pojok ruangan yang ada di Rumah Pintar 'Pace' KPU Pacitan itu berbunyi. Melalui pengeras suara, Septa Madyaning Wulandari (37), seorang guru memanggil Alexander Jibril Maulana. Siswa kelas 4 itu pun bergegas menuju meja Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS).
Petugas KPPS yang diperankan personel KPU menukar surat panggilan di tangan Alexander dengan surat suara. Petugas berbaju putih itu lantas mengarahkan Alexander menuju bilik suara. Sesuai nomor urut, Alexander mencoblos di bilik nomor 1.
Usai memberikan suara, si bocah berbaju merah lalu menuju kotak suara. Kertas putih yang sudah dilipat segera dimasukkan ke dalamnya. Mengakhiri tahapan, Alexander mancelupkan kelingkingnya ke tinta warna ungu.
"Ya. Tadi awalnya duduk terus dipanggil ke KPPS dan diberi surat suara," tutur Alexander, siswa SD Alam Pacitan saat ditemui detikcom di pintu keluar, Kamis (1/11/2018).
Meski baru sekali mengikuti simulasi pemilu, bocah itu cukup runtut menceritakan semua tahapan yang dilakukannya. Ia pun mengaku terkesan dengan pengalaman pertamanya datang ke rumah pintar pemilu.
Pengalaman serupa juga dirasakan Alodya Almayra Putrie Johan (9). Sejak masuk ruangan simulasi, bocah perempuan itu tampak antusias. Tak hanya mencatat penjelasan petugas KPU, Alodya juga mengamati semua sisi tembok tempat media sosialisasi berada.
Foto: Purwo S |
Sejak dipanggil petugas KPPS hingga keluar bilik suara, semua dilaluinya tanpa kendala. Bahkan usai mencelupkan jari ke tinta, ia tak segan menunjukkan kepada petugas maupun teman-temannya. Dia mengaku senang berkesempatan belajar mencoblos.
"Senang sekali diberi pelajaran mencoblos. Jadi sekarang sudah mengerti caranya," ujarnya dibalut senyum tipis.
Alexander dan Alodya hanyalah dua dari puluhan siswa SD Alam Pacitan yang ikut berpartisipasi dalam simulasi tersebut. Anak-anak lain yang umumnya masih duduk di bangku kelas 4 secara bergantian melakukan hal sama. Di bawah panduan guru dan petugas KPU, mereka memeragakan tahapan memilih layaknya pemilu sebenarnya.
Septa Madyaning Wulandari, pengajar di sekolah tersebut mengatakan, penanaman nilai demokrasi sangat penting bagi para siswa. Pola pembelajaran langsung berupa simulasi diharapkan juga lebih mengena bagi mereka, terlebih bagi siswa kelas 4 dan 6 di mana pihak sekolah sudah mengajarkan materi sistem pemerintahan.
"Jadi di kelas 4 dan kelas 6 itu sudah ada materi sistem pemerintahan. Di dalamnya ada (pelajaran) tentang pemilu," terangnya terkait alasan mengajak para siswa ke rumah pintar pemilu.
Komisioner KPU Pacitan, Suhardi senang fasilitas yang disediakan dapat dimanfaatkan. Ia berharap lebih banyak lagi siswa sekolah datang ke gedung yang belum lama diresmikan tersebut sehingga para siswa memiliki pemahaman tentang tata cara pemilu. Ilmu tersebut kelak sangat bermanfaat saat mereka sudah memiliki hak pilih.
"Ternyata pihak sekolah sendiri yang punya inisiatif. Dan KPU memang sengaja memberi ajang untuk kegiatan seperti ini," tutupnya. (lll/lll)












































Foto: Purwo S