Adalah Sudarmadji dan Aprilia Fudjiana, orang tua dari salah satu korban, M (13), yang mendatangi SMPN 44 Surabaya untuk menemui kepala sekolah dan meminta penjelasan tentang insiden yang dialami oleh putrinya dan kedua temannya yang lain, khususnya kepada oknum guru yang memberikan hukuman, Riki Riyanto.
Upaya klarifikasi digelar di ruangan Kepala SMPN 44 Surabaya. Selain kepala sekolah, wali murid dan oknum guru pelaku kekerasan, sekolah juga menghadirkan ketiga korban serta tiga teman mereka yang menjadi saksi mata.
Satu-persatu saksi buka suara tentang insiden yang berlangsung pada hari Kamis (25/10) lalu itu.
"Saat itu jam kosong tidak gurunya, teman-teman ramai. Setelah itu saya melihat M disuruh makan kaos kaki, kalau R dan F disuruh makan sepatu. Saat itu pak Riki sambil marah begitu," kata salah satu saksi, MR
Pernyataan senada juga disampaikan M. Ia mengaku tak hanya dijejali kaos kaki tetapi kepalanya juga dibenturkan satu sama lain dengan kedua temannya yang juga menjadi korban.
"Kemarin mulut saya dijejalin kaos kaki dan juga ditampar," ungkap M.
Usai mendengarkan penjelasan para siswi tersebut, orang tua pun meminta kepada pihak sekolah untuk menindak tegas oknum guru yang memberikan hukuman dengan cara kekerasan tersebut.
"Saya minta agar ditindak tegas guru tersebut. Karena anak saya trauma dan minta ingin pindah sekolah," tandas Aprilia.
Kepala Sekolah SMPN 44 Surabaya Sri Widowati mengaku akan menindaklanjuti insiden ini.
"Kemarin mendengar ada kejadian itu, saya langsung klarifikasi kepada yang bersangkutan. Hari ini saya mendengarkan klarifikasi dari siswa ternyata memang begitu," ujar Sri.
Dalam kesempatan yang sama, Riki menyampaikan permintaan maafnya kepada kedua orang tua siswa terkait insiden ini.
"Saya meminta maaf atas kejadian ini. Ke depan tidak akan saya ulangi lagi," ujar Riki.
Pengajar Bahasa Indonesia itu juga membuat permintaan maaf secara tertulis dan dibubuhi materai. (lll/lll)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini