Mereka menuntut diangkat menjadi PNS tanpa harus lalui tes CPNS. Sebab, batas usia para GTT/PTT sudah mengabdi lebih 15 tahun. Namun tes CPNS dibatasi hingga usia tertentu. Padahal mereka telah mengabdi menjadi tenaga pendidik rata-rata 10-15 tahun.
Namun aksi yang dilakukan ini ada yang tidak disetujui kepala sekolah (Kasek). Beberapa oknum kasek bahkan mengintimidasi dan menakut-nakuti guru honorer agar tidak ikut demo. Akhirnya sebagian guru honorer pun tidak berani ikut menyampaikan aspirasinya.
Korlap Aksi Arif Ida Rifai sekaligus Ketua Forum Komunikasi Guru Honorer di Bojonegoro mengatakan banyak di antara guru honorer yang akan ikut demo tidak berani datang karena ada oknum kasek yang menakut-nakuti.
"Akhirnya mereka tak jadi ikut. Kita harapkan diknas dan anggota dewan membantu. Kami butuh perlindungan terkait ini. Jangan sampai ada yang jadi korban apapun pasca demo kali ini maupun berikutnya," katanya di lokasi, Kamis (27/9/2018).
Menanggapi hal itu, Dinas Pendidikan (Diknas) dan perwakilan DPRD menyatakan akan menegur oknum kasek yang melakukan intimidasi. Namun pihak dinas pendidikan juga mengharap pasca aksi ini para guru honorer kembali mengajar di sekolahnya seperti biasa.
"Hari ini kita jamin teman-teman tidak ada yang bakal bisa intimidasi. Namun karena kita orang berpendidikan, seyogyanya nanti bisa kembali mengajar pasca menyampaikan aspirasi ini," kata Kepala Diknas, Hanafi di lokasi.
Usai melakukan aksi di kantor DPRD, massa yang kebanyakan emak-emak ini meneruskan aksinya menuju kantor Bupati Bojonegoro dengan kawalan polisi dan Satpol PP.
Salah satu peserta terpaksa menggendong anaknya yang masih kecil. Hal itu dilakukan karena guru honorer itu memiliki anak yang harus dibiayai. Dalam aksinya mereka juga membentangkan berbagai poster tuntutan agar nasibnya mendapat perhatian dari pemerintah Bojonegoro maupun pusat.
Salah satu peserta, Ida menegaskan aksi ini murni keinginan para guru honerer yang ingin nasibnya berubah lebih baik.
"Kita sepakat menuntut pemerintah untuk mengangkat kami menjadi PNS tanpa tes, karena kita sudah lama mengabdi. Apalagi saat ada rekrutmen CPNS saat ini, aturannya tidak berpihak pada guru honorer," tegasnya.
Ratusan guru yang memakai seragam batik itu juga memakai ikat kepala juga meneriakkan agar bisa ikut daftar CPNS. Setelah berorasi, perwakilan massa berdialog dengan anggota dewan. Massa juga melakukan doa bersama dan istigasah bersama agar apa yang diinginkan bisa tercapai.
Simak Juga 'Tangisan Guru Honorer di Blitar':
(fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini