Menengok Warga Suku Tengger Bromo Gelar Peringatan Hari Raya Karo

Menengok Warga Suku Tengger Bromo Gelar Peringatan Hari Raya Karo

M Rofiq - detikNews
Rabu, 29 Agu 2018 11:56 WIB
Foto: M Rofiq
Probolinggo - Warga Suku Tengger menggelar peringatan Hari Raya Karo Tahun Saka 1940 dengan Tradisi Sodoran. Puluhan warga suku yang tinggal di lereng Gunung Bromo ini pun hadir dalam acara penting ini.

Tradisi Sodoran sendiri mengisahkan tentang proses terciptanya manusia, yaitu dari perkawinan antara laki-laki dan perempuan. Dalam tradisi tahunan ini, iring-iringan mempelai pria diarak dari Desa Jetak menuju Balai Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura di mana peringatan Hari Raya Karo dilaksanakan.

Arak-arakan ini jugaa membawa sejumlah pusaka Suku Tengger, atau biasa disebut Jimat Klontong, yang berusia ratusan tahun.

Hal serupa juga dilakukan mempelai wanita yang diarak dari Desa Wonotoro menuju Balai Desa Ngadisari. Dalam arak-arakan itu, kedua mempelai diiringi oleh musik gamelan.


Menengok Warga Suku Tengger Bromo Gelar Peringatan Hari Raya KaroFoto: M Rofiq

Setelah bertemu di depan Balai Desa Ngadisari, keduanya kemudian diantar menuju kursi pelaminan. Di Balai Desa, warga telah menunggu kedua mempelai lengkap dengan berbagai macam sesajian.

Begitu duduk di pelaminan, kedua mempelai mengikuti upacara penyucian pusaka Suku Tengger berupa Gayuh, Tanduk Banteng dan Tombak Sodor. Penyucian dilakukan oleh sesepuh Suku Tengger yang juga berperan sebagai tokoh yang mengawal dibacakannya mantra.

Puncaknya adalah tarian dari rombongan yang dibawa kedua mempelai. Tarian ini menggambarkan penciptaan benih bopo atau laki-laki dan babu atau perempuan oleh Sang Hyang Widi di jagat raya.

Menengok Warga Suku Tengger Bromo Gelar Peringatan Hari Raya KaroFoto: M Rofiq

Tokoh warga Suku Tengger, Supoyo mengungkapkan, Tradisi Sodoran sudah ada semenjak tahun 1790. Sejak saat itu, tradisi ini selalu digelar.

"Harapannya, melalui tradisi ini kita diselamatkan dari mara bahaya," terang Supoyo kepada detikcom, Selasa (28/8/2018).


Hal senada disampaikan Yulius Christian, selaku Camat Sukapura. Tradisi Sodoran saat peringatan Hari Raya Karo telah menjadi jiwa bagi warga Suku Tengger sehingga harus dilaksanakan setiap tahun.

"Ini sudah menjadi tradisi rutin warga Suku Tengger dan berlangsung turun temurun. Dalam tradisi ini, warga pun kompak memberikan sesajinya," ungkap Yulius.

Seusai tradisi selesai dilakukan, kaum perempuan Suku Tengger kemudian masuk ke areal Sodoran sembari membawa makanan untuk suami-suami mereka. Bagi warga Suku Tengger, tradisi ini menjadi simbol keharmonisan, antara bopo dan babu, atau laki-laki dan perempuan yang berpasangan. (lll/lll)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.