Sekilas penyajiannya sederhana. Hanya sepiring nasi putih bersama semangkuk ceker ayam berkuah santan. Namun begitu Anda menyantap cekernya, dijamin berkeringat karena saking pedasnya.
Ceker ayam pedas olahan Bu Ning Bondowoso memang terkenal pedas. Namun pengolahannya sebenarnya biasa saja. Ceker ayam yang sudah direbus lalu dibakar sebentar sampai agak kehitaman. Tujuannya untuk menghilangkan rasa amis yang timbul dari daging ayam dan menimbulkan aroma wangi.
Setelah matang, ceker ayam yang sudah dipotong-potong itu lalu dimasukkan ke dalam bumbu, yang tentunya sudah dicampur lombok yang sudah digerus. Ceker ayam tersebut lantas dicampur santan encer sebagai kuah, kemudian dimasak hingga matang.
Tak hanya ceker, bagi yang ingin menambah lauk, ada pilihan lauk lainnya seperti jeroan, perkedel atau telor asin.
Menurut Bu Ning, warung yang dibukanya sejak tahun 1990-an itu baru ramai peminat dalam beberapa tahun terakhir. Berkah tersendiri bagi Bu Ning. Tak heran bila saat ini dalam sehari ia bia menghabiskan rata-rata 20 kg ceker ayam.
Bahkan, pada akhir pekan kebutuhan ceker ayam pasti bertambah. Sebab banyak peminat yang datang dari luar kota di antaranya Jember, Situbondo, Probolinggo, dan sekitarnya. Mereka datang hanya untuk menikmati sajian ceker pedas olahannya.
Salah seorang pengunjung yang mengaku datang dari Jember, Nilawati (43), mengaku hampir tiap akhir pekan datang ke warung ceker Bu Ning bersama keluarganya.
"Pokoknya kalau seminggu saja saya nggak makan ceker pedes di sini, rasanya kayak ada yang kurang," kata karyawan sebuah bank swasta ini kepada detikcom, Minggu (19/8/2018).
Hal senada dituturkan Amirul (30), asal Situbondo. Ia mengaku, ceker pedas itu selalu jadi menu andalan ketika sedang flu atau hidung agak mampet karena pilek.
"Begitu makan ceker pedas ini, hidung langsung enteng. Bagaimana tidak, wong keringat pasti langsung bercucuran karena kepedesan," aku Amirul. (lll/lll)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini