"Jawa Timur ternyata memiliki cadangan migas terbesar ketiga di Indonesia. Ada yang offshore di utara dan ada sebagian onshore. Ini data yang saya dapat," katanya saat berbicara di Lokakarya Media Periode II SKK Migas Perwakilan Jabanusa-KKKS Cluster Timur, Kamis (9/8/2018).
Dari situ, pria yang ditetapkan KPU ditetapkan sebagai Wakil Gubernur Jatim Terpilih 2019-2024 ini berharap sektor migas bisa menjadi salah satu sumber pemasukan utama, terutama bagi pembangunan Jatim.
"Dari sektor ini ada participating interest sebesar 10 persen yang dikelola oleh salah satu BUMD di provinsi. Ini yang kami harapkan dapat membawa manfaat bagi pembangunan di Jatim," lanjutnya.
Di sisi lain, investor dan pemerintah bisa menjadi mitra yang baik. "Kita ingin mereka lifting sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan revenues sebesar-besarnya, tapi kita juga ingin perusahaan ini berproduksi terus tetapi secara sustainable," terang pria yang masih menjabat sebagai Bupati Trenggalek ini.
Begitu pula saat dieksploitasi, di Jatim juga bisa digunakan teknologi-teknologi mutakhir dalam pertambangan. "Seperti sekarang di Norway ada teknologi enhanced oil recovery yang tentunya mulai ekonomis kalau harga minyak relatif baik. Ini juga berdampak terhadap revenue sekaligus kita juga ingin menunjukkan transparansi dan adanya tanggung jawab publik," paparnya.
Terkait tanggung jawab publik investor terhadap perekonomian wilayah tambangnya, Emil pun mengisahkan hasil diskusinya dengan salah satu kepala daerah di Jatim.
"Saya pernah duduk bersama Pj Bupati Bojonegoro. Beliau menyampaikan perekonomian tumbuh 21 persen tahun lalu. Ada juga investasi komitmen 300-an triliun dari satu project investment, yaitu dari Rosneft yang mau invest di Tuban untuk refinery. Jadi memang migas ini punya potensi yang sangat besar," tegasnya.
Namun Emil juga menyoroti tingginya angka kemiskinan di Bojonegoro yang masih berkisar di angka 17-18 persen, kendati tingkat perekonomiannya naik 21 persen karena investasi minyak di wilayah mereka.
"Itu PR kita bersama. Tentunya kita berharap bukan hanya CSR tapi kita ingin pelaku usaha lebih dekat lagi dengan community, terutama warga di ring satu. Jangan sampai warga di wilayah kerja justru angka kemiskinannya tinggi," harapnya.
Emil juga tidak ingin menggeser sektor pertanian yang masih menjadi andalan Jatim. Jatim sendiri masih menjadi penghasil 15 bahan pangan untuk nasional seperti padi dan gula, padahal wilayahnya semakin lama semakin padat penduduk sehingga sektor pertanian dirasa makin tidak prospektif.
"Jangan kita ngomong gemah ripah loh jinawi tapi tidak berfikir mengembangkan industri. Manfaatkan cadangan migas kita yang ketiga terbesar di Indonesia dari laut kita yang tak terbatas," pesannya. (lll/fat)











































