Pemandangan tersebut terlihat di Desa Sibon, Kecamatan Pasrepan, Kabupaten Pasuruan. Puluhan warga menyerbu truk tangki pembawa air yang dikirim pemerintah setempat. Warga yang didominasi kaum hawa ini langsung menyodorkan berbagai jenis wadah di sekitar truk.
Mereka rela antre lama untuk mendapat jatah air yang dibagikan petugas. Setiap warga mendapatkan jatah air bersih yang hanya cukup untuk minum dan masak.
"Setiap hari antre seperti ini, gantian sama anak. Hari ini saya, besoknya dia. Sebenarnya capek tapi mau gimana lagi," kata Chusnul, salah seorang warga kepada detikcom, Kamis (9/8/2018).
Chusnul mengatakan selain dari pemerintah daerah, sejumlah perusahaan kadang mendistribusikan air. Namun meski begitu, warga harus tetap berhemat air karena jatah yang diberikan terbatas. Seringkali mereka tak mandi karena air hanya cukup untuk masak dan minum.
"Selain dari pemerintah ada juga perusahaan yang kirim air. Tapi tetap saja tak cukup. Harus pintar mengatur," terangnya.
Khodijah, warga lainnya mengaku setiap hari antre air bersih sejak pagi. Kadang ia mendapatkan air pada siang hari namun sering mendapat jatah saat sore hari, tergantung waktu pengiriman dari pemerintah.
"Sudah biasa antre, setiap hari. Kalau dapat air banyak ya bisa mandi, kadang ya nggak mandi," terangnya.
Menurut Khodijah, kondisi krisis air bersih terjadi setiap tahun saat musim kemarau. Sumber-sumber dan mata air mengering dan Warga selalu mengharapkan datangnya bantuan air bersih.
"Warga inginnya nggak antre air lah. Karena sejak puluhan tahun seperti ini saat kemarau," ungkapnya.
Antrean air bersih juga terjadi di 20 desa yang tersebar di 5 kecamatan yang mengalami krisis air bersih di antaranya di Kecamatan Lumbang, Pasrepan, Winongan, Lekok dan Gempol.
"Sampai saat ini ada 20 Desa tersebar di 5 kecamatan yang mengalami krisis air bersih. Ada desa yang seluruh dusunnya krisis seperti di wilayah atas Kecamatan Lumbang, namun banyak juga desa yang hanya sebagian saja yang mengalami kekeringan dan harus disuplai air misalnya di wilayah Gempol," kata Kepala BPBD Kabupaten Pasuruan Bakti Jati Permana.
Bakti memastikan seluruh desa yang mengalami krisis mendapatkan jatah dua tangki air setiap hari. Hanya saja, jam pengiriman tak bisa dipastikan karena armada yang terbatas.
"Karena ukurannya kedaruratan, maka kami minta warga sangat berhemat air. Suplai air dari pemerintah hanya cukup untuk masak dan minum, kalau dihitung kurang lebih 2 liter per orang setiap hari. Jadi bukan untuk mandi, MCK dan keperluan ternak," terangnya.
Meski secara tehnis setiap warga hanya mendapat jatah 2 liter per hari, menurut Bakti, kenyataan di lapangan mendapatkan lebih banyak. Karena selain pemerintah sejumlah perusahaan juga membantu pengiriman air di wilayah sekitar
pabriknya.
"Kami pastikan akan terus kirim air sampai hujan turun dan sumber serta mata air kembali muncul. Kami berharap warga bisa mengatur penggunaan air dengan baik," tandasnya.
Berdasarkan data BPBD, 20 desa yang mengalami krisis air antara lain Desa Cukurguling, Watulumbung, Lumbang, Karangjati dan Karangasem di Kecamatan Lumbang. Kemudian Desa Sumberejo, Kedungrejo dan Jeladri di Kecamatan Winongan.
Di Kecamatan Lekok, krisis air terjadi di Desa Wates, Semedusari, Pasinan dan Balunganyar. Sementara di Kecamatan Pasrepan, 6 desa mengalami krisis antara lain Klakah, Petung, Sibon, Ngantungan, Mangguan dan Tambakrejo. Di Kecamatan Gempol, Desa Bulusari dan Wonosari yang mengalami krisis air bersih. (iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini