"Di Ngawi dan Madiun itu banyak posisi tanah yang antiklinal, jadi di situ banyak jebakan gas. Jadi ketika ada gerakan tanah itu retak, waktu posisi di bawah itu dia akan menyembur," terang Kepala Bidang Geologi dan Air Tanah Dinas ESDM Jatim Moch Sholeh saat dihubungi detikcom di Surabaya, Selasa (7/8/2018).
Sholeh menyebut biasanya saat tanah retak, yang keluar tak hanya air, namun bisa pula lumpur, pasir, hingga gas.
"Ketika ada gerakan tanah yang retak bisa menimbulkan semburan lumpur kadang juga berupa gas," ungkapnya.
Sementara ditanya mengenai semburan di Ngawi apakah mengandung gas, Sholeh mengatakan pihaknya hanya menemui air, lumpur dan pasir saja. Namun pihaknya akan tetap menguji secara lanjutan apa saja kandungan yang ikut terbawa air tersebut.
"Di sana sementara kemarin waktu dicek itu tidak mengandung gas, murni air dan lumpur saja. Tapi nanti secara realnya akan kami lihat bagaimana," tambahnya.
Tak hanya itu, Sholeh menyebut fenomena ini sering terjadi di wilayah Ngawi. Dia bercerita dulu pernah ada kejadian serupa namun disertai api yang keluar dari bawah.
"Di daerah sana sering terjadi. Kapan hari sampai ada keluar api sampai di bawahnya Sutet di Ngawi. Emang di daerah situ banyak terjadi," katanya.
Hingga kini, Sholeh masih menunggu kabar, lantaran biasanya semburan air akan surut dalam waktu tiga hari. Jika semburan di Ngawi ini belum surut, pihaknya akan menurunkan tim.
"Biasanya waktu dulu itu tiga hari kan dia sudah hilang. Makanya kami sedang menunggu kabar dari BPBD bagaimana kondisi itu, jika belum kami akan menurunkan tim ke sana," tandas Sholeh. (iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini