Anak Berkebutuhan Khusus Dimassa, Keluarga: Sudah Selesai Kasus Ini

Anak Berkebutuhan Khusus Dimassa, Keluarga: Sudah Selesai Kasus Ini

Erliana Riady - detikNews
Sabtu, 14 Jul 2018 19:41 WIB
Ibu RPN menunjukkan goresan gambar mobil yang dibuat RPN (Foto: Erliana Riady)
Blitar - Bocah berkebutuhan khusus yang menjadi sasaran amuk massa di Blitar adalah RPN. Bocah autis berusia 15 tahun itu kondisinya berdarah dengan tangan dan kakinya terikat di rumah Brigadir CD, Anggota Sat Shabara Polres Blitar di Dusun/Desa Pojok, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar.

RPN dicurigai akan mencuri karena saat mengetahui pemilik rumah datang, bocah ini lari menghindar. Saat ditangkap, dia juga tidak menjawab satupun pertanyaan polisi atau orang yang datang.

Ternyata RPN merupakan anak berkebutuhan khusus. Dia mengalami gangguan komunikasi. Sejak usia dua tahun sehingga RPN tidak dapat berkomunikasi verbal. Hal inilah yang diduga menyulut emosi warga untuk menghajarnya. Karena beberapa kasus pencurian, pelaku kerap berlagak gila.


Lalu bagaimana bocah berkebutuhan khusus itu bisa keluar rumah sendirian pada malam hari?

Detikcom menyambangi rumahnya di Lingkungan Ngebrak, Kelurahan Tawangsari, Kecamatan Garum. Kedatangan detikcom disambut ibunya Sri Wijiasih (43), sementara RPN tampak bercengkrama dengan bapaknya Nugraha Pratikta (45).

"Saya sangat bersyukur anak saya bisa ketemu. Kondisi badannya juga utuh. Kejadian yang dialami anak saya, sudah terpikirkan saat tahu dia tidak ada di kamarnya malam itu," tutur Asih mengawali cerita, Sabtu (14/7/2018).

Malam itu Asih mengaku tidur lebih awal. Sementara RPN tidur pukul 21.00 WIB dan telah diselimuti bapaknya. Suami Asih mengaku baru tidur sekitar pukul 22.00 WIB.

"Saya bangun sekitar pukul 23.00 biasanya melihat RPN. Begitu melihat dia tidak ada di kamarnya, saya spontan panik. Saya bangunkan suami, saya keluar rumah mencari kemana-mana," jelasnya.


Menurut Asih, ini kejadian pertama yang dilakukan RPN keluar rumah sendiri pada malam hari. Anak pertamanya itu sedang libur sekolah di SMP LB Kademangan. Biasanya, dia sering diajak keluar rumah bersosialisasi, namun tidak pernah dibiarkan keluar sendirian. Asih juga mengaku, pintu gerbang rumah tidak pernah digembok.

"Saya baru tahu posisi anak saya di Polsek Garum dari tetangga. Katanya anak saya dituduh mau mencuri. Soalnya mengelus-elus mobil di rumahnya polisi," ungkap Asih sambil menangis.

RPN memang menyukai mobil. Ini terlihat dari goresan penanya di kertas yang bergambar aneka bentuk mobil.

"Kejadian ini juga kesalahan saya sampai lalai anak itu keluar sendiri. Saya tidak akan menuntut. Keluarga Pak CD sendiri semalam sudah datang meminta maaf. Sudah selesai kasus ini bagi keluarga kami," tutur Asih sambil menyeka air mata.

Siang ini, RPN sudah kelihatan sehat. Namun kedua matanya masih lebam. Di bola mata kirinya masih ada gumpalan darah kering. Di pelipis kanannya, tampak garis hitam bekas pukulan. Wajah anak ini juga masih terlihat biru bekas pukulan. (iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.