Budidayanya pun 'keroyokan'. Teras rumah tetangganya di Dusun Banyon, Desa Widoro, Kecamatan Gandusari dimanfaatkan untuk meletakkan ratusan kotak kayu berukuran kecil.
Kotak seukuran laci mesin jahit tersebut merupakan sarang lebah Kelulut. Salah seorang peternak, Sujarni, mengatakan proses budidaya Klanceng tersebut mulai dikembangkan oleh warga di Dusun Banyon sejak enam bulan terakhir. Saat ini terdapat sekitar lima warga yang beternak.
"Satu rumah ada yang punya seratus sarang, ada juga yang masih puluhan. Kami belajar secara otodidak, sehingga masih terus belajar," kata Sujarni saat berbincang dengan detikcom, Rabu (11/7/2018).
![]() |
Proses budidaya hewan berkoloni ini berawal dari rasa penasarannya saat menemukan salah satu sarang lebah Klanceng di salah satu batang bambu. Kala itu ia terkejut melihat madu yang cukup banyak saat membelah bambu tersebut.
"Ternyata madunya itu lumayan banyak, bahkan satu ruas itu hampir terisi madu semua. Dari situlah kemudian saya penasaran dan mencoba mengembangkan. Terlebih harga madunya lumayan mahal," jelasnya.
Lebah Klanceng diyakini dapat menghasilkan lebih banyak madu ketimbang lebah biasa. Apalagi lebah yang satu ini tidak menyengat. Selain itu budidayanya pun tidak sulit, dan konon hanya dibutuhkan waktu 3-4 bulan untuk bisa memanen madu yang diharapkan.
Kendati demikian, awalnya Sujarni mengaku sempat mengalami kesulitan, terutama ketika harus memisahkan sarang lebah agar bisa dijadikan beberapa koloni. Namun setelah melakukan beberapa kali percobaan, proses ini akhirnya ia kuasai.
"Awalnya warga lain juga mengejek, tapi sekarang justru sama-sama ikut mengembangkan. Kalau tahap awal sih memang ada beberapa kesulitan, tapi jangan putus asa. Harus teliti dan memperhatikan betul kehidupan dari koloni itu," terang Sujarni.
![]() |
Beternak lebah Klanceng disebut Sujarni juga lebih ringan dibanding dengan ternak hewan lain, karena tidak membutuhkan perawatan yang rumit, terlebih hewan bersayap tersebut tidak membutuhkan pakan.
"Kalau kita ternak lebah ini tidak perlu cari pakan atau beli pakan, karena lebahnya yang cari pakan sendiri. Hanya saja kita harus teliti dan selalu mengontrol perkembangannya, terutama dari serangan predator, salah satunya semut," pesan Jarni.
Untuk memulai beternak lebah Klanceng, ia pun mengaku hanya menyediakan getah pinus di dekat kandang guna mempermudah lebah dalam mencari bahan untuk proses produksi madu.
"Selain itu agar produksi madunya lebih banyak, usahakan di sekitar lokasi kandang itu ditanami bunga, karena itu lumayan berpengaruh," tambahnya.
Sujarni mengungkapkan, dari hasil peternakan yang dikembangkan setengah tahun terakhir, satu peternakan rata-rata mampu menghasilkan madu hingga 2 liter. Madu murni itu rata-rata dijual dengan harga Rp 600 ribu per liter.
Baca juga: Mereguk Manisnya Budidaya Lebah Madu |
Menurut peternak lain, Suyoto, pemasaran madu Klanceng hanya mengandalkan pesanan dari mulut ke mulut. Biasanya madu baru diunduh apabila ada pemesan yang datang langsung ke rumahnya.
"Misalkan ada yang datang butuh setengah botol untuk mengobati sakit, baru saya ambilkan dari sarang, jadi madunya masih fresh," katanya.
Dengan beternak lebah Klanceng, para pembudidaya yang rata-rata petani hutan ini mendapatkan pemasukan tambahan.
Namun ke depan, Suyoto berharap ada pembinaan lebih lanjut dari instansi terkait, sehingga budidaya madu Klanceng tersebut bisa berkembang.
Ingin mencoba? (lll/lll)