Selain Alquran Kuno, Ini Koleksi Paling Berharga Agus Sulton

Selain Alquran Kuno, Ini Koleksi Paling Berharga Agus Sulton

Enggran Eko Budianto - detikNews
Rabu, 06 Jun 2018 19:22 WIB
Babat Bojonegoro koleksi Agus Sulton. (Foto: Enggran Eko Budianto/File)
Jombang - Agus Sulton (32), seorang dosen di Jombang memiliki koleksi sejumlah kitab dan manuskrip kuno yang usianya ratusan tahun. Salah satunya Alquran berusia 150 tahun.

Namun ketika ditanya koleksi apa yang paling berharga, Agus tampak kesulitan menjawabnya.

"Semua berharga, mas," tegasnya saat berbincang dengan detikcom, Rabu (6/6/2018).


Hingga akhirnya Agus terdesak dan menjatuhkan pilihan pada Babat Bojonegoro. Menurutnya, Babat Bojonegoro memiliki ilustrasi yang luar biasa untuk ukuran kitab di jamannya.

Ia memperkirakan kitab itu berumur 100-an tahun. "Manuskrip ini memakai aksara Jawa, cuma bahasanya agak kuno," terangnya.


Meski belum pernah meneliti Babat Bojonegoro secara menyeluruh, staf pengajar di Universitas Hasyim Asy'ari Jombang ini meyakini bahwa isinya istimewa.

"Babat ini menggambarkan tentang peran perempuan yang luar biasa, yang beda dengan manuskrip lainnya," paparnya.


Selain itu, ada tiga jenis manuskrip lontar yang dimiliki Agus dan menurutnya juga menjadi koleksi berharga. Ketiganya adalah Putrasasana, Kidung Wargasari dan Sastra Suksemo.

"Di bidang filologi, berharga itu dalam artian isinya punya relevansi dengan dunia sekarang. Tetapi kalau saya, saya menghargai rekam sejarah yang dibuat nenek moyang, bagaimana perjuangan mereka menulis kakawin, pitutur ini," tutupnya.


Jerih payah Agus mengumpulkan kitab kuno ternyata bukan tanpa alasan. Menurutnya, setidaknya koleksi manuskrip kuno tersebut bisa dimanfaatkan untuk mengerjakan tugas skripsi serta menjadi alat praktikum bagi para mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Hasyim Asy'ari (Unhasy), Jombang.

"Juga untuk menyelamatkan hasil intelektual nenek moyang kita. Bahwa hal semacam ini sangat penting untuk kita gali teksnya," tegasnya.

Agar tak cepat rusak, ia memilih menggunakan metode sederhana untuk merawat puluhan kitab kuno, yaitu dengan menyelipkan kapur barus di sela-sela kitab. Metode ini cukup ampuh untuk mencegah serangan serangga.

"Kalau standar internasional mahal, harus ditempatkan di ruangan ber-AC dengan suhu yang terjaga. Karena rusaknya kertas karena suhu," tutupnya. (lll/lll)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.