Disebut Terlambat di Kebakaran Kos Tewaskan 8 Orang, Ini Kata PMK

Disebut Terlambat di Kebakaran Kos Tewaskan 8 Orang, Ini Kata PMK

Hilda Meilisa Rinanda - detikNews
Kamis, 31 Mei 2018 13:33 WIB
Rumah kos yang terbakar di Kebalen Kulon, Surabaya dan menewaskan 8 penghuninya. (Foto: Deni Prastyo Utomo/File)
Surabaya - Ibu salah satu korban kebakaran rumah kos yang menewaskan 8 penghuninya di Kebalen Kulon, Surabaya mengatakan kejadian nahas tersebut tidak akan semakin buruk andaikan petugas PMK datang lebih cepat.

Yang bersangkutan mengatakan petugas baru datang hampir satu jam setelah api berkobar hingga ke lantai dua.

Saat dikonfirmasi, Kepala Bidang Operasional Pemadam Kebakaran, Surabaya, Bambang Vistadi membantah pihaknya datang terlambat ke lokasi kebakaran. Dari keterangannya, informasi kebakaran di Kebalen Kulon masuk pukul 14.20. WIB. Hanya berselang satu menit, petugas langsung berangkat menuju TKP.

"Kita ada berita masuk pukul 14.20 WIB, dan berangkat pukul 14.21 WIB. Perjalanan hanya sekitar 4 menit, kita sampai pukul 14.25 WIB," ujar Bambang saat dikonfirmasi detikcom, Kamis (31/5/2018).


Selama melakukan pemadaman, Bambang juga mengatakan proses ini hanya membutuhkan waktu selama 19 menit. "Sampai di lokasi terus kita melakukan pemadaman selesai 14.44, dan proses memadamkan itu hanya 19 menit," lanjutnya.

Ketika petugas berupaya memadamkan api, Bambang sempat bertanya kepada warga apakah masih ada orang di dalam rumah kos. Namun beberapa warga pun mengatakan jika sudah tidak ada lagi yang di dalam. Mereka juga menceritakan jika ada penghuni kos yang telah menyelamatkan diri dengan cara lompat dari atas jendela lantai dua.


Terkait hal ini, Bambang menduga warga sedikit terlambat mengabari pihak PMK jika ada kebakaran. "Petugas menduga kebakaran sudah terjadi lama dari kabar yang sampai ke PMK," lanjutnya.

Apalagi berdasarkan kesaksian warga ada beberapa penghuni yang melompat untuk menyelamatkan diri. Hal itu memakan waktu yang cukup lama. Terlebih ketika PMK datang, sudah tidak ada lagi penghuni yang dikabarkan meloncat dan terluka karena sudah dievakuasi ke rumah sakit terdekat.

"Itu kan kira-kira kalau lompat butuh waktu pakai mikir bagaimana caranya agar tidak terluka apalagi kan itu ada orang hamil yang tidak mungkin lompat begitu saja," kata Bambang.


Selain itu, Bambang mengatakan jalur evakuasi di rumah kos tersebut terbilang cukup rumit, salah satunya karena hanya ada satu akses untuk keluar-masuk. Sementara itu di dekat tangga, ada mobil dan motor yang terbakar sehingga untuk mencapai ke atas, petugas harus memutar mencari jalan lain. Petugas pun mencoba memadamkan dari dua sisi, yakni bawah dan atas lewat jendela kecil.

"Memang pintu utamanya kan hanya dari bawah akses masuknya dan masuk ke belakang lewat tangga. Kalau kita memadamkan dari bawah itu terhalang dengan mobil yang terbakar sama sepeda motor yang terbakar. Sehingga teman-teman berupaya memadamkan mobil serta memadamkan atas lewat jendela kecil," paparnya.

Saat memadamkan, Bambang juga mengaku tidak melihat ada tanda-tanda jika terdapat korban di dalam. Biasanya, dalam kejadian serupa, korban akan berteriak minta tolong hingga mencoba meraih sumber air dari semprotan petugas PMK. Ia pun menduga kedelapan korban tersebut sudah keburu menghembuskan napas terakhir.

"Kita sudah lakukan upaya pemadaman lewat jendela. Itu plafonnya belum terbakar artinya kami sudah berupaya keras dengan berbagai sisi untuk masuk. Kami juga menyemprotkan banyak air di sisi jendela itu, jadi jika ada orang di dalam pasti mencari sumber air itu untuk menyelamatkan diri," tutupnya. (lll/lll)
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.