Warga memilih buka puasa bersama dengan liwetan atau makan nasi liwet di atas daun pisang yang dijejer memanjang. Tiap peserta juga diminta membawa lauk masing-masing sehingga dapat berbagi dalam kegiatan tersebut.
"Kesederhanaanlah yang kami tonjolkan dengan menu yang beragam diharapkan bisa saling berbagi," tutur koordinator acara Wisnu HP kepada detikcom, Senin (28/5/2018).
Wisnu mengaku acara ini sudah digelar untuk kedua kalinya. "Tahun lalu sudah digelar, tahun ini berkolaborasi dengan banyak komunitas seperti Pemuda Hebat Ponorogo, Sabuk Janur serta Karang Taruna," terangnya.
Bagi Wisnu, acara seperti ini diperlukan selain untuk mengakrabkan diri antarwarga sekaligus juga mengajarkan kesederhanaan yang membawa kebahagiaan. "Ini bisa menjadi ajang silaturahmi antarmuslim juga sebagai bentuk kebersamaan dalam kesederhanaan," lanjutnya.
Foto: Charolin Pebrianti |
Bapak satu orang anak ini menambahkan selain makan bersama di atas daun pisang juga ada terapi rendam kaki gratis dan juga penampilan tari oleh sanggar Sabuk Janur. "Juga ada penampilan reog tentunya, apalagi diselenggarakan di Monumen Bantarangin," imbuhnya.
Ternyata ada alasan mengapa kegiatan buka bersama ini digelar di Monumen Bantarangin. Wisnu menjelaskan, ini karena monumen itulah yang diyakini sebagai cikal bakal kesenian reog yang ada hingga saat ini.
Monumen Bantarangin sendiri merupakan bekas kerajaan Bantarangin yang disebut sebagai pelopor kesenian reog. "Disini selain wisata sejarah juga tempatnya yang luas dan mengingatkan kembali sejarah reog kepada warga Ponorogo," tandasnya.
Peserta buka bersama bisa ngabuburit sembari berendam kaki. (Foto: Charolin Pebrianti) |
Dari pantauan detikcom, ada sekitar 200 orang yang terlibat dalam kegiatan buka bersama ini. Ada beragam menu yang dibawa warga, mulai dari nasi kuning, ayam goreng, urap-urap dan masih banyak lagi.
"Menunya pun swadaya dari masyarakat, siapa saja boleh bawa makan sendiri dan dimakan bersama disini, saling kebersamaan," ungkap Wisnu.
Salah satu peserta Jimmy Werda mengaku senang bisa terlibat dalam acara ini. "Seru, kami bisa saling tukar menu dan merasakan kebersamaan dalam kesederhanaan. Sekaligus tadi nyobain rendam kaki dengan ramuan tradisional, seru," tuturnya. (lll/lll)












































Foto: Charolin Pebrianti
Peserta buka bersama bisa ngabuburit sembari berendam kaki. (Foto: Charolin Pebrianti)