Batik Mbah Guru, Batik Desa yang Menembus Dunia

Batik Mbah Guru, Batik Desa yang Menembus Dunia

Eko Sudjarwo - detikNews
Kamis, 24 Mei 2018 09:49 WIB
Endang Dzunuraini (tengah) memamerkan salah satu kreasi batiknya. (Foto: Eko Sudjarwo)
Lamongan - Batik selalu bisa jadi andalan untuk tampil beda di Hari Raya. Apalagi jika batiknya sudah mendunia seperti halnya batik kreasi asal Lamongan ini.

Batik Mbah Guru, begitulah batik khas Lamongan hasil kreasi Endang Dzunuraini (33), warga Desa Jugo, Kecamatan Sekaran ini biasa dikenal oleh masyarakat.

Bermula dari mengembangkan batik lokal, yaitu batik lawasan Desa Jugo, Endang berhasil mengkreasikan batik tersebut menjadi barang yang bernilai jual tinggi.

"Batik Jugo memang tak banyak yang tahu. Mbah saya yang membawa batik ini ketika ditempatkan untuk membuka pendidikan di Desa Jugo dan sekitarnya. Itu kenapa sanggar sayapun saya beri nama batik Mbah Guru karena orang-orang memanggilnya Mbah Guru," kata Endang saat berbincang dengan detikcom, Kamis (24/5/2018).


Endang menuturkan, ia memulai menekuni dunia batik ini selepas lulus dari Fakultas Sastra Univeritas Airlangga dengan modal bonek alias bondo nekat. Awalnya Endang hanya melatih membatik di Jakarta dengan mendirikan sebuah sanggar batik.

"Saat di Jakarta saya mengajar batik di daerah Jabodetabek sampai bisa juara tingkat provinsi, lalu saya berpikir kenapa tidak membuatnya di Lamongan saja sebagai rumah saya dan saya balik ke Lamongan lagi sekitar tahun 2013 kemudian mulai merintis batik di sini dengan modal bonek," tuturnya.

Untuk saat ini, Endang mengaku telah memiliki dua varian batik, yaitu batik Bandeng Lele abstrak series dan culture series. Batik Bandeng Lele abstrak series merupakan inovasi dari motif batik Bandeng Lele.

Sedangkan batik Bandeng Lele culture series lebih bercerita tentang budaya Lamongan. "Culture series itu yang saya angkat misalnya Nasi Boranan, Tari Caping dan lain-lain, yang intinya budaya Lamongan," ungkap Endang.

Batik Mbah Guru, Batik Desa yang Menembus DuniaFoto: Eko Sudjarwo



Untuk menjualnya pun, Endang melakukannya secara online. Namun berkat itu, batik Mbah Guru kreasinya telah merambah ke hampir seluruh wilayah Indonesia bahkan sudah diekspor ke luar negeri.

"Yang menjadi semangat saya, ketika batik saya yang ada di desa bisa sampai ke Amerika dan sampai mana, jadi walaupun kita di desa tetapi dengan teknologi informasi bisa sangat luar biasa, itu bisa kita manfaatkan," ungkap anak kedua dari tiga bersaudara ini.

Ditambahkan Endang, ada perbedaan mencolok dengan selera batik orang Indonesia dan asing. "Kalau yang keluar negeri itu sering berupa kain syal dengan pewarnaan secara abstrak. Ini banyak disukai oleh orang luar, mereka lebih suka pewarnaan abstrak dibanding dengan detail," paparnya.


Berkat ketekunan dan kerja kerasnya, omzet yang diperoleh Endang bisa mencapai Rp 10-15 juta, dengan harga batik bervariasi tergantung motif dan desainnya, yaitu antara Rp 175 ribu hingga Rp 500 ribu. Namun untuk batik lukis harganya memang bisa mencapai Rp 5 juta.

Selain berkreasi dengan batik Mbah Guru, Endang pun mulai membuka sanggar batik sebagai tempat untuk belajar dan menularkan ilmu membatiknya. Sanggar Mbah Guru, demikian Endang menyebut sanggar batiknya, juga didirikan di desa kelahirannya, Desa Jugo. "Karena banyak yang ingin belajar membatik, akhirnya dengan modal bonek juga, saya beranikan diri untuk membuka sanggar di desa saya," akunya.

Endang berharap adanya sanggar ini juga bisa berpengaruh positif di desanya dan menimbulkan gairah ekonomi di desa. (lll/lll)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.