"Piagam itu sudah lama, tahun 2015, tapi baru diunggah ke media sosial beberapa hari lalu," tutur Kepala SMA Muhammadiyah 1 Nganjuk, Lukman Harun, kepada detikcom, Kamis (3/5/2018).
Piagam penghargaan itu bernomor 585/KET/III.4.AU/F/2015. Marsinah ditasbihkan sebagai 'Pejuang dan Pahlawan Kaum Buruh'. Semoga jasa-jasanya dikenang dan dicatat sebagai amal shalilah di sisi Allah SWT, demikian penutup piagam tersebut.
"Almarhumah kan memang alumnus sini. Kalau pihak lain memberi penghargaan, kenapa SMAM (SMA Muhammadiyah) nggak," kata Lukman soal alasan pemberian piagam tersebut.
"Dia sosok yang rajin, semangat, dan punya solidaritas tinggi," tambah Lukman.
![]() |
Marsinah lahir dan besar di Nganjuk. Selepas lulus dari SMAM 1 Nganjuk pada 1989, dia bekerja sebagai buruh pabrik di Porong Sidoarjo. Dia disebut sebagai salah satu sosok di balik aksi mogok menuntut kenaikan upah buruh pada awal Mei 1993.
Pada masa-masa itu, tekanan ke aktivis sangat tinggi. Marsinah hilang pada 6 Mei 1993 setelah menggelar rapat-rapat pemogokan buruh. Jasadnya ditemukan pada 8 Mei di hutan di Dusun Jegong, Desa Wilangan, perbatasan Nganjuk-Madiun.
Berdasarkan autopsi, Marsinah disimpulkan mengalami penganiayaan berat. Dan dalam penyelidikan polisi, otak di balik kejahatan itu adalah petinggi pabrik, juga melibatkan satpam. Namun di tingkat MA, para terdakwa dibebaskan. Muncul dugaan, pembunuhan itu direkayasa.
Kisah Marsinah diangkat ke layar lebar oleh Slamet Rahardjo dengan judul 'Marsinah (Cry Justice)' dan jadi inspirasi Ratna Sarumpaet dalam monolognya 'Marsinah Menggugat'. Pemutaran film dan gelaran terater monolog saat itu tidak mudah. Polisi bahkan sampai tingkat menteri melarang kegiatan tersebut. (trw/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini