Aktivis Buruh: Jadi Martir, Menteri, hingga Presiden

Aktivis Buruh: Jadi Martir, Menteri, hingga Presiden

Sudrajat, Registra Arrizky - detikNews
Senin, 01 Mei 2017 13:55 WIB
Ilustrasi (Cici Marlina Rahayu/detikcom)
Jakarta - Setiap gerakan melahirkan pahlawan sendiri. Begitu juga dalam dunia pergerakan buruh. Di Tanah Air, gerakan buruh sudah dikenal sejak penjajah Belanda masih menguasai wilayah Nusantara. Salah satu tokohnya kala itu adalah Semaun. Lalu di awal kemerdekaan ada nama SK Trimurti, serta Marsinah, yang menjadi martir di era Orde Baru.

Di luar negeri, organisasi buruh demikian kuat. Di sejumlah negara, mereka membentuk partai politik dan berhasil menjadi partai penguasa. Meski gagal meraih kursi di parlemen, Muchtar Pakpahan pernah mencoba mentransformasikan organisasi buruh yang dipimpinnya menjadi partai politik.

Berikut ini perjalanan sejumlah aktivis buruh yang kiprahnya menjadi catatan sejarah yang dihimpun detikcom dari berbagai sumber.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Marsinah

Ahli forensik dr Mun'im Idries, dalam buku 'Indonesia X-Files' (2013), menyimpulkan kematian Marsinah akibat luka tembak. Selain itu, buruh perempuan asal Sidoarja itu mengalami penyiksaan yang dahsyat, termasuk di bagian tubuh yang sangat pribadi.

"Kerusakan sedemikian hebat, padahal pangkal kerusakan itu dimulai dari labia minora kiri. Sebagai saksi ahli, saya berpendapat, kematian Marsinah akibat luka tembak," tulis Mun'im.

Toh begitu, kasus kematian aktivis buruh Marsinah hingga kini masih menjadi misteri. Dia menjadi martir pergerakan buruh di era Orde Baru.

Kasus bermula dari sikap PT Catur Putera Surya (CPS) yang mengabaikan Surat Edaran Gubernur Jawa Timur No. 50 Tahun 1992 untuk menaikkan upah buruh. Marsinah bergerak bersama rekan-rekannya sesama buruh di pabrik itu pada 3 dan 4 Mei 1993 untuk menuntut kenaikan upah dari Rp 1.700 menjadi Rp 2.250.

Buntutnya, 13 aktivis digiring ke kantor Kodim Sidoarjo. Mereka dituduh melakukan penghasutan. Marsinah menyusul mendatangi Kodim untuk menengok nasib rekan-rekannya. Tapi perempuan 24 tahun itu kemudian tak pernah kembali. Selang beberapa hari kemudian, jasadnya ditemukan di tengah hutan di Dusun Jegong, Kecamatan Wilangan, Nganjuk, dalam kondisi amat mengenaskan.

Selain luka memar di bagian leher dan kedua lengan dan kakinya akibat benturan benda keras, diduga Marsinah diperkosa sebelum dibunuh. Meski begitu, hingga sekarang pelaku pembunuhan tak terungkap. Para terdakwa yang pernah divonis dibebaskan MA pada 29 April 1995.

Marsinah memperoleh penghargaan Yap Thiam Hien pada 1993. Kasus ini pun menjadi catatan Organisasi Buruh Internasional (ILO), yang dikenal sebagai kasus '1713'.

Tapi tak tak semua aktivis buruh bernasib buruk seperti Marsinah. Di Brasil dan Polandia, ada Luiz Inacio Lula Da Silva dan Lech Walesa, yang menggapai puncak karier sebagai pemimpin negeri: Presiden!

Di Tanah Air, kita mengenal nama SK Trimurti dan Jacob Nuwa Wea, yang pernah menjadi menteri. Juga ada Muchtar Pakpahan, yang mencoba mentransformasikan serikat buruh yang dipimpinnya menjadi partai politik. Sayang, Pakpahan tak semujur Walesa ataupun Da Silva.

SK Trimurti

Soerastri Karma Trimoerti, begitu nama lengkapnya. Di balik tubuhnya yang mungil, sepak terjang istri dari Sayuti Melik, pengetik naskah Proklamasi, itu tercatat ada di berbagai bidang. Selain dikenal sebagai pengajar, penulis, dan jurnalis, SK Trimurti dikenal sebagai seorang pejuang hak kaum buruh dan pergerakan perempuan. Ia pernah terpilih menjadi pengurus Partai Buruh Indonesia (PBI) dan gencar memperjuangkan hak-hak pekerja.

Selama berada di PBI, Trimurti memimpin Barisan Buruh Wanita (BBW), yang tergabung dalam beberapa kelompok pekerja wanita. Kemudian BBW menjadi sayap perempuan Partai Buruh Indonesia.

Karena keaktifannya di dunia perburuhan, pada masa pemerintahan Soekarno, ia menjadi Menteri Perburuhan kabinet Perdana Menteri Amir Sjarifuddin, 1947-1948.

Muchtar Pakpahan

Pendiri sekaligus Ketua Umum Serikat Buruh Seluruh Indonesia (SBSI) ini kerap melakukan demo di era Orde Baru. Organisasi yang dipimpinnya menjadi pesaing Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI), yang cenderung kooperatif dan tunduk pada pemerintah. Tak mengherankan bila aktivitas Muchtar dan SBSI kerap dicitrakan negatif oleh penguasa.

Memasuki era reformasi, Muchtar mencoba mentransformasikan SBSI menjadi partai politik, Partai Buruh Nasional (PBN). Partai ini ikut dalam Pemilu 1999, tapi gagal mendapat suara signifikan.


Jacob Nuwa Wea

Wajah dan namanya mulai dikenal khalayak luas ketika dia beraksi pada 23 Februari 1996. Bukan sebagai aktivis buruh, melainkan sebagai pengikut setia Megawati.

Dengan mengendarai jeep Land Rover, Jacob menabrak barikade Brimob. Ia menerobos masuk ruang rapat di asrama haji Medan untuk membubarkan Kongres PDI Kelompok Fatima Ahmad, yang disokong penguasa Orde Baru.

Persinggungannya dengan dunia buruh telah ia lakoni sejak 1967 sebagai Ketua Cabang Kesatuan Buruh Marhaenis. Itu pulalah yang mendorongnya masuk ke Akademi Perburuhan (1978) selepas SMA di Ende, Nusa Tenggara Timur. Setamat kuliah, Jacob sempat pula mengajar di almamaternya yang kini sudah bubar, untuk mata kuliah sistem pengupahan.

Lelaki kelahiran Flores, 14 April 1944, itu pernah menjadi Ketua Umum Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI), yang belakangan lebih dikenal sebagai politisi. Dia pernah menjadi anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan. Puncak kariernya terjadi saat ia dipercaya Presiden Megawati menjadi Menteri Tenaga Kerja.

Posisi itu ia manfaatkan betul untuk memperjuangkan nasib kaum buruh. Saat menjadi Menaker, Jacob ikut merumuskan Undang-Undang (UU) No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, sebuah UU yang dinilai sangat pro-pekerja. Sejak lahirnya UU ini, daya tawar para pekerja meningkat.

Menteri Tenaga Kerja Muhammad Hanif Dhakiri mengakui Jacob sebagai buruh dan politisi yang bergerak dari bawah. Ia bisa terus menapak ke atas karena ketulusan dan keberaniannya. Ia tidak takut kehilangan apa pun dalam membela kebenaran dan keadilan untuk membela kepentingan para pekerja dan kaum tertindas.

"Jacob adalah sosok pejuang, bahkan petarung sejati," ujarnya saat memberi sambutan dalam upacara pemakaman Jacob, 13 April 2016.

Lech Walesa

Namanya tercatat sebagai tokoh di balik pemogokan massal pekerja galangan kapal di Polandia pada 1970 dan 1980. Organisasi Buruh Solidarnosc (Solidaritas) yang didirikannya begitu populer ke seantero dunia.

Anak petani kelahiran Popowo, 29 September 1943, itu dikenal sebagai penganut Katolik yang taat. Pada Desember 1981, rezim komunis di bawah Jenderal Edward Gierek memberlakukan darurat militer dan Solidarnosc dianggap ilegal. Walesa pun dipenjarakan hingga November 1982.

Tapi dunia tak melupakan sepak terjang Walesa dalam memperjuangkan nasib kaum buruh tanpa kekerasan. Meski rezim militer komunis masih mencengkeram kuat di Polandia, tim juri sepakat menjadikan Walesa sebagai penerima hadiah Nobel Perdamaian 1983.

Pada Desember 1990, Walesa terpilih sebagai Presiden Republik Polandia. Tapi lima tahun kemudian dikalahkan oleh bekas tokoh komunis Aleksander Kwasniewski.

Lula Da Silva

Sejak usia 12 tahun, Lula hidup di jalanan Rio de Janeiro, Brasil. Ia menjadi tukang semir sepatu dan menjual kacang untuk menyambung hidup. Saat bekerja di perusahaan otomotif bertahun kemudian, jarinya putus dilibas mesin bubut. Kejadian itulah yang mendorong Lula mengorganisasi kawan-kawannya sesama pekerja membangun serikat dan memperjuangkan hak-haknya.

Pada 1971, istrinya, Maria de Lourde, meninggal dunia akibat hepatitis yang tak terobati karena ketiadaan uang. Tujuh tahun kemudian, Lula menjadi Presiden Serikat Buruh Pabrik Baja. Ia juga terlibat dalam pendirian Partai Buruh.

Tiga kali maju sebagai calon presiden, Lula akhirnya terpilih pada 2002. Rakyat kebanyakan begitu mencintai gaya kepemimpinannya yang egaliter hingga Lula kembali terpilih untuk masa bakti kedua.

Pada 2009, sutradara Brasil, FΓ‘bio Barreto, mengangkat kisah hidup Lula ke layar lebar. Judulnya 'Lula, o Filho do Brasil (Lula, The Son of Brazil)'. Film ini memotret kehidupan Lula sejak kelahirannya, 1945, hingga menjadi tokoh gerakan buruh di awal 1980-an.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads