Bayi yang lahir dengan bobot 3,5 kg dengan panjang 50 cm itu, sekarang dirawat di rumah seorang bidan desa. Sementara Sri Wahyuni, orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) dalam kondisi sehat dan dirawat orangtuanya.
Kepada bidan desa inilah, orang tua Sri Wahyuni mempercayakan perawatan cucu ketiganya. Adalah SE, bidan di Kabupaten Blitar yang menerima amanah merawat anak Sri Wahyuni tersebut.
SE pun berpesan kepada detikcom, agar nama dan alamatnya tidak diketahui orang banyak. Karena yang dilakukan semata-mata atas dasar ibadah.
"Alhamdulillah tambah sehat, nangisnya juga makin keras, itu tanda kalau badan bayi sehat," kata SE ditemui di rumahnya, Selasa (3/4/2018).
![]() |
Dari pantauan detikcom, jabang bayi yang dipanggil Tegar itu sudah dimandikan. Asisten rumah tangga SE rutin menghangatkan badan bayi itu tiap pukul 07.00 WIB. Kulit bayi yang putih, agak memerah ketika sinar mentari pagi menghangatkan tubuh mungilnya.
Sebelum berangkat ke tempat dinasnya, SE sempat mencium kening bayi dan mengatakan "Sehat kuat terus yo Tegar, bocah ganteng," katanya sambil mengusap kepala bayi berambut hitam legam ini.
Bayi itu diberi nama 'Tegar Akbar Al Rumi' artinya ketegaran atas Kuasa Allah. "Semoga menjadi muslim yang pintar seperti Jalaluddin Rumi," ungkapnya.
Menurut SE, Tegar akan dirawat seperti anak kandungnya sendiri. Selama ini, hubungan SE dengan keluarga Sri Wahyuni sangat dekat. Karena SE rutin dan telaten mendampingi Sri Wahyuni selama pengobatan gangguan jiwanya.
Sementara si ibu bayi Sri Wahyuni memiliki sekilas kisah kelam. Wanita anak pertama tiga bersaudara ini sebenarnya telah bersuami. Suami Sri diketahui tetangganya sendiri. Namun karena faktor ekonomi, memisahkan pasutri tersebut.
![]() |
"Karena susah dapat kerja di sini, suami Sri pamit kerja ke Kalimantan. Mereka sudah punya anak balita satu waktu itu," ucap bidan S mengawali cerita kehidupan Sri.
Tahun pertama, lanjut dia, sang suami masih sempat pulang menjenguk anak istrinya. Namun lama kelamaan, kabar sang suami seperti hilang ditelan bumi.
"Tidak ada komunikasi, tidak pernah pulang. Inilah awal Sri menderita depresi dan harus menjalani pengobatan rutin," ungkap bidan bersahaja ini.
![]() |
"Di kartu kunjungan saya, terakhir saya ketemu dia tanggal 6 April 2017. Waktu itu kondisi psikisnya sangat stabil sudah normal. Sosialisasi dengan orang luar juga wajar," imbuh bidan S.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini