Warga masih khawatir kembali ke rumah masing-masing. Alasannya, mereka masih merasa trauma atas kejadian malam sebelumnya.
"Kami masih khawatir, gas belerang itu muncul saat malam. Kan tak bisa terlihat kalau tiba-tiba muncul malam hari," kata Marjan (54), warga Watucapil, saat berbincang dengan detikcom di masjid kawasan Ijen, Kamis (22/3/2019).
Menurut dia, kekhawatiran itu tak hanya dialami dirinya saja. Hampir semua warga merasakan hal yang sama. Mereka tetap resah jika kejadian semacam itu terulang lagi.
"Sepanjang umur saya, baru sekarang ini yang parah hingga ada korban. Kalau sekadar bau belerang, sudah sering," tutur Marjan, yang diamini sang istri.
![]() |
Namun begitu, jelas Marjan, dia dan juga warga lainnya tetap merasa gamang dengan kondisi yang terjadi sekarang ini. Sebab, saat ini adalah musim mengolah ladang. Sehingga warga dituntut untuk ke ladang setiap hari.
"Hari ini saja meski kondisi begini ini, beberapa warga memang tetap nekat untuk mendatangi ladangnya untuk mengolah tanaman sayur, atau mencari pakan ternak," tukasnya.
Sementara salah seorang warga Margahayu, Supi'i (37) mengaku nekat pulang ke rumah karena khawatir harta-benda di rumahnya hilang. Sebab semua anggota keluarganya ikut mengungsi ke Ijen.
"Biasanya gas seperti itu kan hilang sendiri kalau siang. Karena ada matahari," pungkas Supi'i.
(fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini