Uang Kotak Amal di Makam Gus Dur Tembus Rp 250 Juta Sebulan

Uang Kotak Amal di Makam Gus Dur Tembus Rp 250 Juta Sebulan

Enggran Eko Budianto - detikNews
Kamis, 22 Mar 2018 15:09 WIB
Kotak amal Gus Dur di Tebuireng Jombang (Foto: Enggran Eko Budianto/detikcom)
Jombang - Rata-rata 100 ribu peziarah datang ke makam Presiden ke 4 RI KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di PP Tebuireng, Diwek, Jombang. Dana infak yang terkumpul dari para peziarah pun melimpah. Rata-rata dalam sebulan mencapai Rp 150 juta.

Dana infak ini biasa disalurkan para peziarah melalui kotak amal yang ada di lorong menuju ke area makam Gus Dur. Terdapat 3 kotak amal di bagian lorong ini. Kotak amal dari besi ini masing-masing berukuran 100x60x80 cm. Juga terdapat sejumlah kotak amal cadangan untuk mengganti ketiga kotak amal tersebut jika telah penuh.

Dana infak peziarah ini dikelola oleh Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng (LSPT). Lembaga di bawah naungan Yayasan Hasyim Asy'ari ini berdiri sejak tahun 2007. Selain mengelola infak, lembaga ini juga menjadi unit pengumpulan zakat dari masyarakat umum.


Manajer Program LSPT Muhammad Rusdi mengatakan, kotak amal tersebut mulai dipasang tahun 2010, tepatnya setelah Gus Dur wafat dan dimakamkan di Tebuireng 31 Desember 2009.

Ketiga kotak amal ini tanpa penjagaan. Sehingga peziarah betul-betul secara suka rela menyalurkan sedekah ke dalam kotak amal tersebut.

"Awal-awal dipasang, nilai infak dari para peziarah di kotak amal Rp 50-80 juta per bulan. Saat ini angkanya rata-rata Rp 100-150 juta per bulan," katanya saat berbincang dengan detikcom di kantor LSPT, Jalan Irian Jaya No 10, Tebuireng, Jombang, Kamis (22/3/2018).

Bahkan, lanjut Rusdi, pada bulan-bulan libur sekolah dan menjelang Ramadan, nilai infak yang terkumpul dari kotak amal makam Gus Dur mencapai Rp 250 juta. Seperti Januari 2017, infak yang terkumpul Rp 251,6 juta, Juni Rp 233,2 juta dan Desember Rp 247,65 juta. Tingginya penerimaan infak ini seiring dengan semakin membeludaknya peziarah.

"Uang di dalam kotak amal pecahan terkecil Rp 500, paling besar pecahan Rp 100 ribu," ungkapnya.

Untuk memudahkan penghitungan, kata Rusdi, ketiga kotak amal di lorong menuju makam Gus Dur ini dibongkar seminggu sekali, yakni tiap hari Selasa. Untuk membongkar dan menghitung uang infak peziarah ini, pihaknya melibatkan 7 karyawan LSPT. Setidaknya dibutuhkan waktu 3-6 hari untuk menghitung uang tersebut.


"Yang membuat lama penghitungan adalah banyaknya uang koin, untuk uang kertas harus diseterika biar rapi, juga harus ditata sesuai permintaan bank," ujarnya.

Penempatan kotak amal di lorong menuju makam Gus Dur, kata Rusdi, bukan tanpa alasan. Menurut dia, sebelum ada kotak amal, peziarah menyalurkan sedekahnya dengan cara melempar uang ke area makam. Ada pula yang menitipkan melalui penjaga makam.

"Lama kelamaan pengasuh menyarankan membuat kotak amal supaya orang mudah bersedekah," terangnya.


(trw/trw)